Iran dan IAEA Perkuat Kerja Sama, Jamin Transparansi Program Nuklir di Tengah Tekanan Internasional
Iran dan IAEA Perkuat Kerja Sama, Jamin Transparansi Program Nuklir di Tengah Tekanan Internasional
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, baru-baru ini melakukan pertemuan konstruktif dengan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, di Wina, Austria. Pertemuan tersebut, yang berlangsung pada Senin, 17 Maret 2025, menandai komitmen berkelanjutan Iran untuk berkolaborasi dengan IAEA dalam memastikan program nuklirnya tetap sesuai dengan ketentuan yang disepakati secara internasional. Gharibabadi, melalui unggahan di platform X, menegaskan kembali komitmen Teheran terhadap transparansi dan kerja sama dengan IAEA, meskipun menekankan pentingnya menjaga kepentingan dan keamanan nasional Iran.
Gharibabadi menjelaskan bahwa kerja sama dengan IAEA dilakukan dalam kerangka kewajiban pengawasan yang telah disetujui. Ia berharap kerja sama ini dapat mempercepat penyelesaian perbedaan yang masih ada antara Iran dan IAEA, dengan catatan bahwa tekanan politik eksternal terhadap IAEA harus dihentikan. Hal senada juga disampaikan oleh Grossi yang menekankan pentingnya kerja sama ini untuk memberikan jaminan kredibel mengenai tujuan damai dari program nuklir Iran. Pernyataan ini menjadi penting mengingat kecurigaan sejumlah negara Barat terhadap ambisi nuklir Iran, yang secara konsisten dibantah oleh Teheran.
Koordinasi Multilateral: Beijing dan Wina
Beberapa hari sebelum pertemuan dengan Grossi, Gharibabadi telah berpartisipasi dalam pembicaraan dengan pejabat Rusia dan China di Beijing pada Jumat, 14 Maret 2025. Pembicaraan tersebut membahas berbagai aspek terkait program nuklir Iran. Setelahnya, Gharibabadi melanjutkan koordinasi dengan perwakilan China dan Rusia di Wina untuk membahas perkembangan terbaru di IAEA dan isu-isu lain yang menjadi perhatian bersama. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyatakan bahwa rangkaian pertemuan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Iran untuk berkomunikasi secara transparan dan efektif dengan IAEA dalam pengawasan program nuklirnya.
JCPOA dan Reaksi Internasional
Program nuklir Iran telah menjadi fokus perhatian internasional selama bertahun-tahun. Pada tahun 2015, Iran menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB—Amerika Serikat, Inggris, Perancis, China, Rusia, dan Jerman. JCPOA membatasi aktivitas nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi ekonomi. Namun, penarikan AS dari perjanjian ini pada tahun 2018, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, dan penerapan kembali sanksi telah menimbulkan ketidakpastian dan meningkatkan ketegangan.
Meskipun Iran awalnya mematuhi JCPOA selama satu tahun setelah penarikan AS, Iran kemudian meningkatkan pengayaan uranium hingga 60 persen, memicu kekhawatiran tentang potensi pengembangan senjata nuklir. Dalam beberapa bulan terakhir, Iran telah terlibat dalam serangkaian perundingan dengan Inggris, Perancis, dan Jerman untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Meningkatnya ancaman terhadap fasilitas nuklir Iran juga telah mendorong Teheran untuk secara aktif berkonsultasi dengan negara-negara terkait untuk memastikan transparansi dan melindungi kepentingan nasionalnya.
Kesimpulan
Pertemuan antara Iran dan IAEA menandakan upaya untuk meningkatkan transparansi dan membangun kepercayaan di tengah kekhawatiran internasional. Namun, keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada penghentian tekanan politik eksternal dan komitmen semua pihak untuk dialog dan kerja sama yang konstruktif. Ke depan, perkembangan situasi ini akan terus dipantau secara ketat oleh komunitas internasional.