Masjid Istiqlal: Lebih dari Sekedar Tempat Ibadah, Pusat Literasi dan Kebudayaan yang Komprehensif
Masjid Istiqlal: Lebih dari Sekedar Tempat Ibadah, Pusat Literasi dan Kebudayaan yang Komprehensif
Masjid Istiqlal, ikon keagamaan Indonesia, tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Di jantungnya, sebuah perpustakaan yang dinamis hadir sebagai pusat literasi dan beragam kegiatan budaya yang inklusif. Berbeda dari bayangan tradisional sebuah perpustakaan yang hanya menyediakan koleksi buku, Perpustakaan Masjid Istiqlal telah berevolusi menjadi ruang multifungsi yang dinamis, menawarkan berbagai program edukatif dan kultural untuk masyarakat luas.
Sejak Januari 2025, perpustakaan ini telah secara aktif menyelenggarakan berbagai inisiatif untuk meningkatkan minat baca dan literasi. Program-program ini meliputi sosialisasi perpustakaan kepada siswa Madrasah Istiqlal Jakarta (MIJ) dan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, bedah buku bersama penerbit, serta seminar dan talkshow seputar dunia literasi. Puncaknya adalah program Ngabuburead selama Ramadhan lalu, hasil kolaborasi yang sukses dengan Kementerian Agama. Ke depannya, rentetan kegiatan serupa akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini, menandakan komitmen perpustakaan untuk menjadikan literasi sebagai pilar utama.
Lebih dari sekadar buku:
Keunikan Perpustakaan Masjid Istiqlal terletak pada beragam kegiatan yang ditawarkan di luar program literasi konvensional. Setiap hari, khususnya saat jam sekolah, perpustakaan dipenuhi oleh ratusan siswa MIJ, rata-rata 300 siswa setiap harinya. Hal ini menunjukan betapa perpustakaan telah menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Selain itu, terdapat pula kelas-kelas bahasa yang menarik perhatian, salah satunya adalah kelas Bahasa Ibrani yang diselenggarakan setiap hari Rabu. Untuk anak-anak, tersedia pula kelas Bahasa Arab intensif selama 14 pertemuan. Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa penyelenggaraan kelas-kelas bahasa ini berada di bawah naungan Subdirektorat Pendidikan dan Latihan Masjid Istiqlal, dengan perpustakaan berperan sebagai penyedia tempat.
Fasilitas yang tersedia juga sangat komprehensif. Kerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Tiongkok telah menghasilkan American Space dan Chinese Space, dua pusat kebudayaan yang menawarkan berbagai program menarik. Di Chinese Space, misalnya, pengunjung dapat mengikuti pelatihan Kung Fu, kursus kaligrafi Tionghoa, dan kursus Bahasa Mandarin. Sementara American Space sering digunakan mahasiswa pascasarjana untuk belajar dan mengerjakan tugas, serta menawarkan pelatihan Bahasa Inggris. Semua ini menunjukkan bagaimana Perpustakaan Masjid Istiqlal berhasil mengintegrasikan berbagai aspek budaya dan pendidikan dalam satu lokasi yang strategis.
Aksesibilitas dan Koleksi:
Perpustakaan Masjid Istiqlal buka setiap Senin-Jumat, pukul 08.30 WIB hingga 16.00 WIB, melayani jemaah Masjid Istiqlal, siswa MIJ, mahasiswa, dan peserta Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal. Pembatasan jam operasional ini dikaitkan dengan kegiatan formal Masjid Istiqlal yang lebih intensif di hari kerja. Koleksi buku mencapai 60.000 eksemplar, mencakup sekitar 44.000 judul, dengan fokus utama pada literatur keislaman, meskipun juga menyediakan buku-buku umum. Layanan peminjaman buku tersedia bagi anggota dengan biaya keanggotaan yang terjangkau (Rp 25.000) dan denda keterlambatan yang ringan (Rp 100/hari). Fasilitas pendukung seperti komputer dan wifi gratis juga tersedia untuk kenyamanan pengunjung.
Dengan berbagai inisiatif dan fasilitas yang ditawarkan, Perpustakaan Masjid Istiqlal berambisi menjadi lebih dari sekadar tempat meminjam buku. Ia berupaya menjadi pusat kumpul dan belajar yang komprehensif, tempat di mana pengetahuan, budaya, dan komunitas berpadu untuk memperkaya kehidupan masyarakat. Kepala Perpustakaan, Dr. Abdul Rosyid Teguhudin, M.Pd., berharap perpustakaan dapat terus menarik minat masyarakat luas untuk memanfaatkan fasilitas dan program-program yang tersedia.