Akses Desa Timbu, Manggarai, Lumpuh Total Usai Longsor Januari 2024

Akses Desa Timbu, Manggarai, Lumpuh Total Usai Longsor Januari 2024

Bencana tanah longsor yang terjadi pada Januari 2024 di Dusun Pelas, Desa Timbu, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah mengakibatkan akses jalan utama menuju desa tersebut putus total. Kondisi ini telah berlangsung selama berbulan-bulan dan menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian serta mobilitas warga. Ketiadaan respons yang memadai dari pemerintah daerah hingga saat ini menuai kritik tajam dari masyarakat setempat.

Ronal Paju, warga Desa Timbu, mengungkapkan keprihatinannya atas lambannya penanganan bencana ini. Ia menjelaskan bahwa hujan deras pada bulan Januari telah menyebabkan tiga titik ruas jalan utama di Dusun Pelas mengalami kerusakan parah hingga putus total. Kendaraan roda empat sama sekali tidak dapat melintas, sementara kendaraan roda dua terpaksa harus melewati jalur alternatif yang sangat berbahaya dan sempit, hanya selebar sekitar satu meter, dengan risiko jatuh ke jurang yang mengancam keselamatan pengendara. "Jalan ini telah terputus sejak dua bulan lalu, tapi belum ada perbaikan sama sekali. Pemerintah seakan mengabaikan penderitaan kami," ujar Ronal dalam wawancara pada Rabu siang.

Meskipun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), dan Camat Cibal Barat telah melakukan peninjauan lokasi pada bulan lalu, hingga kini belum ada tindakan nyata untuk memperbaiki jalan tersebut. Ronal menyayangkan kunjungan tersebut yang dinilai hanya sebatas formalitas tanpa tindak lanjut yang konkret. "Mereka datang, mengecek lokasi, tapi setelah itu tidak ada kejelasan. Kedatangannya hanya basa-basi, tidak ada gunanya," tambahnya dengan nada kecewa.

Dampak dari terputusnya akses jalan ini sangat terasa bagi masyarakat Desa Timbu. Aktivitas perekonomian terhambat, mobilitas warga terbatas, dan kehidupan sehari-hari menjadi semakin sulit. Ronal sendiri, sebagai kepala keluarga, terpaksa tetap menggunakan jalur alternatif yang berbahaya tersebut setiap hari demi memenuhi kebutuhan keluarganya. "Mau bagaimana lagi, kita terpaksa lewat terus di sini. Kalau tidak, kita mau dapat uang dari mana? Pekerjaan kami menuntut mobilitas antar kampung," jelasnya dengan nada pasrah namun tetap bertekad untuk tetap bekerja.

Kondisi ini menuntut respons cepat dan terukur dari pemerintah daerah. Perbaikan jalan yang terputus menjadi kebutuhan mendesak untuk memastikan aksesibilitas dan kelangsungan hidup masyarakat Desa Timbu. Kegagalan pemerintah dalam memberikan respons yang cepat dan efektif terhadap bencana ini menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas penanganan bencana dan kepedulian terhadap masyarakat di daerah terpencil. Harapan masyarakat Desa Timbu kini tertuju pada pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata, bukan hanya janji-janji semata.

Berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Kerusakan jalan akibat longsor telah berlangsung selama berbulan-bulan.
  • Tiga titik ruas jalan di Dusun Pelas putus total.
  • Kendaraan roda empat tidak dapat melintas, sementara kendaraan roda dua harus melewati jalur alternatif yang sangat berbahaya.
  • Pemerintah daerah dinilai lamban dalam merespon bencana ini.
  • Aktivitas ekonomi dan mobilitas warga terhambat parah.
  • Masyarakat berharap adanya tindakan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki jalan tersebut.