Penyesalan Bertato: Kisah Pencari Kerja Menghapus Seni di Tubuh Demi Masa Depan

Jakarta – Mimpi meraih karir impian terkadang menghadirkan tantangan tak terduga. Bagi sebagian orang, seni tubuh berupa tato justru menjadi penghalang. Kisah Riska (28) dan Tia (28) menjadi contoh nyata bagaimana stigma terhadap tato di dunia kerja mendorong mereka untuk menghapus permanen gambar yang pernah menjadi bagian dari identitas mereka.

Riska, seorang wanita muda asal Jakarta, berbagi pengalamannya tentang sulitnya mencari pekerjaan dengan tato di tubuhnya. Stigma negatif yang melekat pada individu bertato di masyarakat menjadi alasan utama keputusannya untuk menghapus tato. "Sekarang pakai tato susah juga cari kerja," ujarnya dengan nada penyesalan. Proses penghapusan tato yang menyakitkan pun rela ia jalani demi membuka peluang karir yang lebih luas. Penyesalan mendalam dirasakan Riska, terlebih karena awalnya ia membuat tato tanpa sepengetahuan orang tuanya, yang tentu saja menentang keras keputusannya.

Senada dengan Riska, Tia juga merasakan dampak negatif memiliki tato terhadap prospek pekerjaannya. Tato bintang-bintang kecil di lengan bawahnya, yang dibuat tujuh tahun lalu tanpa sepengetahuan keluarga, kini menjadi penghalang. "Mulai ke sini sudah dewasa, terus susah buat kerja, jadi ya sudahlah hapus saja," ungkap Tia, mencerminkan dilema yang dihadapi banyak individu bertato.

Fenomena penghapusan tato ini mendapatkan perhatian dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) BAZIS Jakarta. Mereka menyelenggarakan Roadshow Hapus Tato yang bertujuan membantu masyarakat yang ingin menghapus tato mereka secara gratis. Roadshow ini telah mengunjungi berbagai wilayah di Jakarta, termasuk Balai Kota, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Pemberhentian terakhir akan diadakan di Kantor Walikota Jakarta Pusat pada tanggal 20 dan 21 Maret 2025.

Kisah Riska dan Tia adalah cerminan dari realita yang dihadapi sebagian masyarakat. Meskipun tato merupakan bentuk ekspresi diri, persepsi negatif yang masih kuat di masyarakat, terutama dalam dunia kerja, memaksa mereka untuk mengambil langkah ekstrem. Program Roadshow Hapus Tato yang diinisiasi oleh BAZNAS BAZIS Jakarta diharapkan dapat memberikan solusi bagi mereka yang ingin membuka lembaran baru tanpa terbebani oleh stigma masa lalu.

Dampak Stigma Tato di Dunia Kerja:

Stigma negatif terhadap tato di dunia kerja dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, di antaranya:

  • Diskriminasi dalam proses rekrutmen: Perusahaan mungkin enggan mempekerjakan kandidat bertato karena khawatir akan citra perusahaan atau anggapan negatif dari klien.
  • Kesulitan mendapatkan promosi: Karyawan bertato mungkin merasa kesulitan untuk naik jabatan karena dianggap kurang profesional.
  • Lingkungan kerja yang tidak nyaman: Individu bertato mungkin merasa dikucilkan atau diperlakukan berbeda oleh rekan kerja.

Upaya Mengurangi Stigma Tato:

  • Edukasi dan sosialisasi: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tato sebagai bentuk seni dan ekspresi diri, bukan sebagai simbol kriminalitas atau perilaku negatif.
  • Peran media: Media dapat berperan dalam mengubah persepsi publik tentang tato dengan menampilkan kisah-kisah positif tentang individu bertato yang sukses di berbagai bidang.
  • Kebijakan perusahaan yang inklusif: Perusahaan dapat menerapkan kebijakan yang tidak diskriminatif terhadap karyawan bertato, selama tato tersebut tidak mengandung unsur yang ofensif atau melanggar norma kesopanan.

Solusi Alternatif Selain Penghapusan Tato:

  • Menutupi tato: Dalam beberapa kasus, tato dapat ditutupi dengan pakaian atau aksesoris, terutama saat bekerja atau menghadiri acara formal.
  • Memilih pekerjaan yang lebih fleksibel: Beberapa industri, seperti seni, musik, atau teknologi, memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap tato.

Kisah Riska dan Tia menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menghargai perbedaan dan menghindari diskriminasi. Tato adalah pilihan pribadi dan tidak seharusnya menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih cita-cita dan berkontribusi bagi masyarakat.