Ketidakpastian Global Mendorong Investor Beralih ke Emas dan Pasar Berkembang, Rupiah Tetap Menarik
Pergeseran Arus Modal Global: Emas dan Pasar Berkembang Jadi Tujuan Utama
Jakarta, Indonesia - Tingginya ketidakpastian ekonomi global telah memicu perubahan signifikan dalam arus modal investasi. Bank Indonesia (BI) mencatat adanya pergeseran dari fokus tradisional di pasar keuangan Amerika Serikat (AS) menuju aset safe haven seperti emas, serta pasar obligasi di negara maju dan berkembang.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2025, menjelaskan bahwa sebelumnya, mayoritas investasi portofolio global terkonsentrasi di AS, meliputi saham, obligasi, dan berbagai sekuritas. Namun, gelombang ketidakpastian, sebagian besar dipicu oleh kebijakan tarif impor AS yang berdampak luas, telah mendorong investor untuk mencari alternatif yang lebih aman dan menguntungkan.
Emas Sebagai Aset Pelindung
Salah satu perubahan paling mencolok adalah peningkatan signifikan investasi pada komoditas emas. Emas, secara historis dianggap sebagai aset safe haven, menawarkan perlindungan terhadap volatilitas dan risiko yang timbul dari dinamika ekonomi global yang tidak menentu. Pergeseran ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam menghadapi potensi guncangan ekonomi.
Pasar Obligasi Negara Maju dan Berkembang
Selain emas, pasar obligasi di negara maju dan berkembang juga mengalami peningkatan minat. Investor mulai mengalihkan dana mereka ke Surat Berharga Negara (SBN) dan obligasi korporasi di negara-negara dengan fundamental ekonomi yang kuat dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan. Meskipun aliran ke pasar berkembang (emerging market) belum sebesar ke emas, tren ini menunjukkan diversifikasi portofolio yang lebih luas.
Pasar Saham: Negara Maju Selain AS Jadi Pilihan
Sementara itu, pasar saham menunjukkan tren yang berbeda. Penurunan harga saham di AS dan pasar regional menyebabkan investor cenderung menghindari saham di pasar berkembang. Aliran modal investasi saham lebih terkonsentrasi di negara maju, kecuali AS, yang mencerminkan kehati-hatian investor terhadap risiko pasar saham yang lebih tinggi.
Daya Tarik Instrumen Keuangan Indonesia
Di tengah pergeseran arus modal global ini, instrumen keuangan Indonesia tetap menunjukkan daya tarik yang signifikan. SBN, saham, dan Surat Berharga Ritel Indonesia (SRBI) terus menarik minat investor karena fundamental ekonomi Indonesia yang solid dan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada dalam kisaran 4,7% hingga 5,5%. Stabilitas ekonomi ini menjadikan instrumen keuangan Indonesia sebagai pilihan investasi yang menarik dan menjanjikan.
Faktor-faktor yang Mendukung Daya Tarik Indonesia:
- Pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil.
- Fundamental ekonomi yang solid.
- Kebijakan moneter dan fiskal yang prudent.
- Potensi pasar domestik yang besar.
Pergeseran arus modal global ini menyoroti pentingnya diversifikasi portofolio investasi dan perlunya beradaptasi dengan perubahan dinamika ekonomi global. Bagi Indonesia, mempertahankan fundamental ekonomi yang kuat dan menjaga stabilitas pasar keuangan adalah kunci untuk menarik investasi asing dan memanfaatkan peluang yang muncul dari perubahan ini.