Prasasti Paleo-Arab Ungkap Jejak Sahabat Nabi Muhammad Sebelum Era Islam
Jejak Sejarah: Prasasti Paleo-Arab Ungkap Identitas Sahabat Nabi Muhammad Sebelum Era Islam
Sebuah penemuan prasasti Paleo-Arab yang terukir pada sebuah batu besar di dekat masjid kuno di Arab Saudi membuka tabir sejarah mengenai kehidupan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Ḥanẓalah bin Abī ʿĀmir, sebelum memeluk agama Islam. Prasasti ini menjadi saksi bisu dari periode penting dalam sejarah Hijaz pra-Islam, wilayah yang menjadi pusat lahirnya agama Islam.
Para arkeolog dan sejarawan terkemuka dari berbagai universitas di dunia, seperti The Ohio State University melakukan analisis mendalam terhadap prasasti ini, yang hasilnya kemudian dipublikasikan dalam Journal of Near Eastern Studies edisi April. Penelitian ini mengindikasikan bahwa prasasti tersebut berasal dari awal abad ke-7 Masehi, jauh sebelum Islam mendominasi jazirah Arab. Hal ini menjadikan prasasti ini sebagai artefak berharga yang memberikan wawasan unik mengenai konteks agama dan budaya masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam.
Penemuan Prasasti di Taif
Penemuan prasasti ini bermula dari kunjungan seorang kaligrafer asal Turki, Yusef Bilin, ke sebuah masjid kuno di kota Taif. Masjid ini diyakini dibangun oleh Alī bin Abī Ṭālib, khalifah keempat dalam Islam. Saat berada di sana, Bilin menemukan dua prasasti terukir pada sebuah batu besar yang terletak sekitar 100 meter dari masjid. Prasasti ini ditulis dalam aksara Paleo-Arab, sebuah bentuk alfabet Arab yang digunakan pada masa pra-Islam.
Prasasti tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian atas dan bawahnya mengidentifikasi penulis sebagai Ḥanẓalah bin ʿAbd-ʿAmr-w dan Abd al-ʿUzzē bin Sufyān. Terjemahan dari tulisan tersebut berbunyi:
- "Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah Hanzalah (putra) Abd-'Amr-w, aku mengajak (engkau) untuk bertakwa kepada Allah."
- "Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah Abd al-'Uzzē putra Sufyān, aku mengajak (engkau) untuk bertakwa kepada Allah."
Identifikasi Penulis Prasasti
Para peneliti kemudian melakukan studi komparatif dengan meneliti literatur biografi tokoh-tokoh Muslim tradisional dan catatan silsilah Arab. Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi nama-nama yang tertera pada prasasti tersebut sangat langka. Mereka menemukan bahwa satu-satunya tokoh yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Ḥanẓalah dari suku Aws, yang menetap di Yatshrib (Madinah). Ḥanẓalah dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam.
Penanggalan dan Konteks Historis
Analisis terhadap gaya bahasa Paleo-Arab yang digunakan pada prasasti tersebut mengindikasikan bahwa prasasti tersebut dibuat pada akhir abad ke-6 atau awal abad ke-7 Masehi. Hal ini sesuai dengan garis waktu kehidupan Ḥanẓalah, yang wafat dalam pertempuran Uhud pada tahun 625 M. Selain itu, nama ʿAbd al-ʿUzzē merujuk pada dewi pagan Arab al-Uzza, yang semakin memperkuat dugaan bahwa prasasti tersebut dibuat sebelum Ḥanẓalah memeluk agama Islam.
Para peneliti menyimpulkan bahwa Ḥanẓalah yang tertera pada prasasti tersebut kemungkinan besar adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang sama. Ia mengukir kata-kata tersebut saat melakukan perjalanan melalui Taif bersama seseorang bernama ʿAbd al-ʿUzzē sebelum ia menjadi seorang Muslim.
"Pada dasarnya tidak masuk akal kalau prasasti ini dibuat setelah Muhammad memulai dakwahnya, karena orang-orang di Taif sangat memusuhi dia, dan tidak mungkin salah satu pengikutnya pergi ke sana dan meninggalkan prasasti ini," ujar Hythem Sidky, salah seorang penulis studi tersebut.
Validitas dan Signifikansi Penemuan
Penemuan prasasti ini mendapatkan apresiasi dari para ahli sejarah dan arkeologi. James Montgomery, seorang profesor Studi Arab dan Timur Tengah di Cambridge University, memberikan pujian atas ketelitian dan kehati-hatian para peneliti dalam menggunakan bukti-bukti yang relevan.
Prasasti Paleo-Arab ini bukan hanya sekadar artefak sejarah, tetapi juga jendela menuju masa lalu yang memberikan pemahaman lebih dalam mengenai transisi keyakinan di jazirah Arab pada awal abad ke-7 Masehi. Prasasti ini juga memberikan gambaran mengenai kehidupan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW sebelum ia memeluk agama Islam, sebuah perspektif yang jarang ditemukan dalam catatan sejarah.
Meskipun demikian, Montgomery tetap bersikap hati-hati terhadap klaim bahwa Ḥanẓalah yang disebutkan dalam prasasti tersebut adalah tokoh yang sama dengan sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia menekankan perlunya penemuan prasasti lain yang memenuhi kriteria penanggalan yang ketat untuk memperkuat kesimpulan tersebut.
Terlepas dari perdebatan yang mungkin timbul, penemuan prasasti Paleo-Arab ini merupakan kontribusi berharga bagi studi sejarah Islam dan peradaban Arab. Prasasti ini memberikan bukti fisik yang konkret mengenai periode penting dalam sejarah manusia dan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut mengenai akar agama Islam dan budaya Arab.