Toyota Indonesia Bidik Dominasi Manufaktur Otomotif di Negara Berkembang
Toyota Indonesia Incar Pusat Manufaktur Otomotif Global South
Ambisi besar diungkapkan Toyota Indonesia untuk menjadi pusat manufaktur otomotif di kawasan Global South, wilayah yang meliputi negara-negara berkembang. Optimisme ini muncul seiring dengan semakin matangnya ekosistem industri otomotif di Indonesia.
Ketua Dewan Penasihat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan aspirasi ini setelah pertemuan dengan pihak Toyota. Optimisme senada juga disampaikan oleh Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam. Menurutnya, kapabilitas industri otomotif Indonesia saat ini sudah sangat mumpuni.
Optimisme dan Dukungan Pemerintah
Bob Azam mencontohkan bagaimana Indonesia di masa lalu telah memproduksi mesin mobil untuk Brazil yang menggunakan bahan bakar etanol. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi hub manufaktur otomotif.
"Dulu, mesin-mesin mobil di Brazil (untuk menelan bahan bakar etanol), kita yang bikin 20 tahun yang lalu. Jadi, bagaimana kita tidak bisa jadi hub (pusat manufaktur)?," ungkap Bob Azam.
Namun, realisasi ambisi ini membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah. Dukungan tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri otomotif nasional di pasar global dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
"Jadi pemerintah tidak usah capek-capek. Support aja yang udah ada karena industri otomotif itu kuat. Supply chain dan jaringan ekspor kita kuat. Jangan bereksperimen lagi, konsisten saja," tegas Bob Azam.
Investasi dan Pengembangan Teknologi
Toyota sendiri menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan melokalisasi komponen, khususnya untuk kendaraan elektrifikasi. Investasi ini tidak hanya fokus pada peningkatan kapasitas, tetapi juga pada pengembangan teknologi dan riset.
"Ujungnya pasti (menambah kapasitas pabrik). Tetapi tidak itu saja, kita juga bicara teknologi dan kemungkinan R&D dan lain sebagainya. Jadi kita ingin industri otomotif itu berkembang, tak hanya jadi perakitan," jelasnya.
Bob Azam juga menekankan bahwa industri otomotif memiliki tahapan yang panjang, mulai dari impor, perakitan, produksi lokal, lokalisasi komponen, ekspor, elektrifikasi, hingga riset dan pengembangan. Saat ini, Toyota Indonesia telah mencapai tahapan ke-9.
Kontribusi Toyota bagi Indonesia
Toyota saat ini merupakan produsen otomotif terbesar di Indonesia, dengan pangsa pasar 33 persen. Keberhasilan ini didukung oleh keberadaan 5 pabrik dengan total pekerja lebih dari 8.000 orang. Kontribusi Toyota terhadap ekspor kendaraan juga sangat signifikan, dengan total 2,8 juta unit yang telah diekspor ke lebih dari 80 negara hingga Februari 2025.
Indonesia sebagai Pusat Bisnis Regional
Bob Azam juga menyoroti pentingnya Indonesia untuk menjadi pusat bisnis regional, khususnya di antara negara-negara berkembang. Posisi geografis dan politik Indonesia yang strategis, terutama setelah bergabung dengan BRICS, menjadi modal penting.
"Ini kalau bisa dibangun kerja sama, akan lebih bagus lagi, terutama mengenai ketahanan energi," kata Bob Azam.
Ia mencontohkan keberhasilan Brazil dalam memproduksi etanol dari tebu setelah terkena krisis minyak pada tahun 1973. Menurutnya, Indonesia juga memiliki potensi serupa dengan kelapa sawit.
"Kita (Toyota) kan ada di downstream. Kita menyiapkan kendaraan-kendaraan kita itu bisa memakai etanol E5, E10. Bahkan di beberapa model, kita menyiapkan juga E20 dan Zenix sudah ada yang bisa sampai E85. Jadi potensinya besar sekali," jelasnya.
Pengembangan etanol dari kelapa sawit juga akan memberikan dampak positif bagi jutaan petani kelapa sawit di Indonesia, serta mendukung program kemandirian energi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.