Tabanan Bali: Parade Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan Menginspirasi Pelestarian Alam
Pesan Konservasi Lingkungan Hidup dalam Parade Ogoh-Ogoh di Tabanan
Parade ogoh-ogoh yang meriah di Kabupaten Tabanan, Bali, menjadi wadah penyampaian pesan penting tentang pelestarian lingkungan hidup. Acara yang menampilkan puluhan ogoh-ogoh ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam.
Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya, secara resmi membuka parade bertajuk Singgasana II. Parade ini secara khusus mengangkat tema pelestarian lingkungan, tercermin dari penggunaan material ramah lingkungan dalam pembuatan ogoh-ogoh.
Salah satu ogoh-ogoh yang paling menarik perhatian adalah "Amuk Sang Wananing Bhuta Raja", sebuah patung raksasa dengan kepala gajah. I Gede Widiantara, arsitek di balik karya ini, menjelaskan bahwa ogoh-ogoh tersebut merupakan simbol kemarahan penguasa hutan akibat kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Karya ini diharapkan menjadi sarana refleksi bagi masyarakat tentang dampak negatif perbuatan mereka terhadap lingkungan.
"Pesan yang ingin kami sampaikan adalah agar manusia mulai menjaga hutan dan alam dengan baik, sehingga terhindar dari bencana, terutama di tengah cuaca ekstrem yang sering terjadi," ujar Widiantara.
Widiantara menambahkan, pembuatan ogoh-ogoh ini memakan waktu sekitar tiga bulan. Bupati Sanjaya menyatakan bahwa parade ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas kelompok pemuda di Tabanan. Festival ini melibatkan perwakilan dari 10 kecamatan di seluruh kabupaten. Pemerintah daerah berkomitmen untuk mendukung pelestarian budaya dan adat Bali melalui acara-acara seperti ini.
Sanjaya juga menyampaikan bahwa festival serupa sebelumnya telah sukses besar, dengan antusiasme tinggi dari masyarakat. Untuk itu, ia berjanji akan menyelenggarakan festival yang lebih meriah dan megah di tahun-tahun mendatang, sebagai upaya berkelanjutan untuk memperkuat dan melestarikan budaya Bali.
Inovasi Limbah Menjadi Karya Seni di Denpasar
Semangat pelestarian lingkungan juga terlihat di Denpasar, di mana pemuda Banjar Dukuh Mertajati mengubah limbah menjadi ogoh-ogoh kreatif. Ogoh-ogoh unik ini rencananya akan dipamerkan pada upacara pengerupukan menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947.
"Kami menggunakan bahan-bahan yang tidak lazim dalam pembuatan ogoh-ogoh, seperti limbah kaca, kaleng, botol, kayu lapuk, batu apung, dan akar-akaran," jelas Wayan Pageh Wedhanta, Ketua ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati.
Pageh Wedhanta menjelaskan bahwa sebagian besar limbah tersebut dikumpulkan dari pantai-pantai yang tercemar sampah. Proses pembuatan ogoh-ogoh ini memakan waktu sekitar tiga bulan dan menghabiskan puluhan kilogram limbah kaca dan kaleng. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana kreativitas dan kesadaran lingkungan dapat bersatu untuk menghasilkan karya seni yang bernilai.
Daftar Poin Penting:
- Parade ogoh-ogoh di Tabanan mengusung pesan pelestarian lingkungan.
- Ogoh-ogoh dibuat dari material ramah lingkungan.
- Karya seni menjadi media refleksi atas kerusakan lingkungan akibat ulah manusia.
- Pemerintah daerah mendukung pelestarian budaya Bali melalui festival.
- Pemuda Denpasar mengolah limbah menjadi ogoh-ogoh kreatif.