Misi Berbulan-bulan di Antariksa: Dampak Jangka Panjang Bagi Kesehatan Astronaut Terungkap

Misi Berbulan-bulan di Antariksa: Dampak Jangka Panjang Bagi Kesehatan Astronaut Terungkap

Kepulangan astronot NASA, Sunita 'Suni' Williams dan Barry 'Butch' Wilmore, pada Rabu (19/3/2025), menandai akhir dari misi luar angkasa yang diperpanjang. Mereka berangkat pada 5 Juni 2024 menggunakan pesawat Boeing Starliner Calypso. Misi yang semula direncanakan selama 8 hari, menjadi 288 hari akibat kendala teknis pada pesawat, memunculkan pertanyaan krusial: Apa saja konsekuensi fisiologis dan psikologis dari paparan lingkungan antariksa dalam durasi yang lama?

Tantangan Gravitasi Mikro dan Radiasi Kosmik

Kehidupan di luar angkasa menghadirkan serangkaian tantangan unik bagi tubuh manusia. Salah satu faktor utamanya adalah gravitasi mikro. Ketiadaan gravitasi bumi menyebabkan berbagai perubahan adaptif, namun seringkali merugikan. Otot, yang tidak lagi terbebani oleh berat badan, mengalami atrofi atau penyusutan. Tulang pun menjadi rapuh, kehilangan massa dengan laju yang mengkhawatirkan, diperkirakan setara dengan satu tahun penuaan di Bumi setiap bulannya.

Selain itu, radiasi kosmik menjadi ancaman serius. Meskipun Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menawarkan perlindungan sebagian berkat magnetosfer Bumi, para astronot tetap terpapar radiasi dengan dosis yang jauh lebih tinggi daripada di Bumi. Paparan radiasi jangka panjang meningkatkan risiko kanker dan berpotensi menyebabkan penurunan kognitif.

Dampak Spesifik pada Sistem Tubuh

Berikut adalah beberapa dampak spesifik yang dialami oleh tubuh manusia selama berada di lingkungan luar angkasa:

  • Massa Tubuh dan Cairan: Astronot mengalami penurunan volume cairan tubuh sekitar 20% dan kehilangan massa tubuh sekitar 5%.
  • Otot: Atrofi otot adalah masalah utama, meskipun dapat diminimalkan dengan olahraga intensif dan suplemen nutrisi.
  • Kulit: Kulit menjadi lebih tipis, lebih rentan terhadap luka, dan proses penyembuhan melambat.
  • Mata: Gravitasi mikro dapat mengganggu penglihatan, sementara radiasi meningkatkan risiko katarak.
  • DNA: Perubahan ekspresi gen terjadi, dengan sebagian besar kembali normal setelah kembali ke Bumi, namun sekitar 7% tetap terpengaruh.
  • Psikosomatis dan Kognisi: Radiasi dapat merusak otak dan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Disorientasi dan mabuk perjalanan juga umum terjadi.
  • Sistem Kardiovaskular: Sirkulasi darah melambat, produksi sel darah merah menurun, dan aritmia jantung menjadi lebih sering terjadi.
  • Sistem Kekebalan Tubuh: Sistem kekebalan tubuh melemah, membuat astronot lebih rentan terhadap infeksi.
  • Tulang: Deformasi rangka dan pengeroposan tulang dapat terjadi, dengan hilangnya massa tulang sekitar 1% setiap bulan. Astronot juga menjadi lebih tinggi karena tulang belakang mereka mengembang.

Proses Pemulihan Pasca-Misi

Kembalinya astronot ke Bumi adalah awal dari proses pemulihan yang panjang dan kompleks. Tubuh mereka harus beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi, yang dapat menyebabkan masalah keseimbangan, pusing, dan gangguan fungsi kardiovaskular.

Berikut adalah tahapan pemulihan yang biasanya dialami oleh astronot:

  • Kedatangan: Tulang belakang kembali ke ukuran normal, perut kembung berkurang, dan tekanan darah kembali stabil.
  • Minggu Pertama: Mabuk perjalanan, disorientasi, dan masalah keseimbangan mereda. Pola tidur kembali normal.
  • Dua Minggu: Sistem kekebalan tubuh pulih, dan volume cairan tubuh kembali normal. Produksi sel darah merah kembali normal.
  • Satu Bulan: Reformasi otot hampir selesai dan mendekati tingkat sebelum penerbangan.
  • Tiga Bulan: Perkembangan kembali kulit selesai. Massa tubuh kembali ke tingkat Bumi, dan masalah penglihatan menghilang.
  • Enam Bulan: Risiko patah tulang masih ada, dan risiko kanker meningkat. Sebagian besar gen kembali normal, namun sekitar 7% masih menunjukkan perubahan.

Misi luar angkasa yang diperpanjang memberikan wawasan berharga tentang kemampuan adaptasi tubuh manusia dan risiko yang terkait dengan eksplorasi ruang angkasa jangka panjang. Penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan strategi mitigasi yang efektif dan memastikan kesehatan dan keselamatan para astronot di masa depan.