Sanksi AS Picu Inovasi Teknologi China: Dari AI Hemat Biaya hingga Komputasi Kuantum Supercepat
Bangkit dari Tekanan: Bagaimana Sanksi AS Memicu Kebangkitan Teknologi China
Pribahasa "semakin ditekan, semakin melenting" nampaknya sangat relevan untuk menggambarkan perkembangan teknologi di China saat ini. Sanksi dagang yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, yang melarang perusahaan-perusahaan teknologi AS untuk berbisnis dengan entitas China (termasuk dalam hal pengiriman chip kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence/AI), justru menjadi katalisator bagi inovasi yang pesat di Negeri Tirai Bambu.
Alih-alih terpuruk, perusahaan-perusahaan teknologi China kini menunjukkan kemampuannya dengan meluncurkan berbagai inovasi yang menarik perhatian dunia. Dari pengembangan AI yang lebih efisien hingga kemajuan pesat dalam teknologi chip dan komputasi kuantum, China membuktikan bahwa tekanan eksternal dapat memicu kebangkitan yang luar biasa.
Daftar Hitam AS dan Dampaknya
Sanksi AS diberlakukan melalui "Entity List", yang membatasi perusahaan-perusahaan China tertentu untuk mengakses teknologi dan inovasi dari perusahaan AS. Perusahaan yang masuk dalam daftar ini harus mendapatkan izin khusus untuk mentransfer teknologi, sebuah proses yang seringkali rumit dan memakan waktu.
Beberapa perusahaan besar China yang masuk dalam daftar hitam ini termasuk:
- DJI (produsen drone)
- Huawei dan ZTE (vendor ponsel)
- Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) (produsen chip terbesar di China)
Akibatnya, perusahaan-perusahaan ini mengalami kesulitan dalam mengakses teknologi terkini dari AS. Huawei, misalnya, kehilangan akses ke layanan Google dan chipset Qualcomm, yang berdampak signifikan pada lini smartphone mereka. SMIC juga menghadapi pembatasan dalam memproduksi chip dengan arsitektur 10nm atau lebih canggih.
Strategi Berdikari dan Investasi Besar
Menyadari pentingnya industri semikonduktor, China telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mencapai kemandirian teknologi. Pada tahun 2014, mereka mendirikan China Integrated Circuit Industry Investment Fund (Big Fund) untuk mendukung pengembangan industri chip dalam negeri.
Dana ini telah mengumpulkan investasi besar, mencapai 204,1 miliar yuan pada tahun 2019 dan kemudian meningkat menjadi 344 miliar yuan pada tahap ketiga. Investasi ini memungkinkan China untuk meningkatkan kapasitas produksi chip, meskipun masih ada tantangan dalam teknologi litografi dan bahan baku.
SMIC, meskipun menghadapi pembatasan, telah berhasil membuat chip dengan proses fabrikasi 7nm, sebuah peningkatan signifikan dari sebelumnya yang terbatas pada 14nm. Namun, teknologi ini masih tertinggal dibandingkan dengan pesaing seperti TSMC dan Samsung yang telah memproduksi chip 3nm.
Terobosan AI: DeepSeek Menantang Dominasi AS
Salah satu inovasi paling mencolok dari China adalah DeepSeek, teknologi AI yang diklaim lebih hemat biaya dan efisien dibandingkan dengan model AI lain di pasar, termasuk ChatGPT dari OpenAI. DeepSeek dilaporkan hanya membutuhkan biaya pengembangan sekitar 6 juta dollar AS, jauh lebih rendah daripada biaya pengembangan GPT-4.
Liang Wenfeng, pendiri DeepSeek, mengungkapkan bahwa tantangan utama mereka bukanlah pendanaan, melainkan larangan ekspor chip canggih dari AS. Hal ini mendorong para insinyur China untuk berinovasi dengan teknologi yang ada, menggunakan sekitar 2.000 chip Nvidia H800 untuk melatih model AI mereka.
DeepSeek juga hadir sebagai model AI open-source, memungkinkan kontribusi dari berbagai pihak untuk pengembangan lebih lanjut. Hal ini mempercepat perkembangannya dan meningkatkan efisiensi serta performa.
Setelah peluncurannya, DeepSeek R1 dengan cepat populer dan digunakan di seluruh dunia. Fenomena ini bahkan menyebabkan penurunan saham perusahaan-perusahaan besar AS yang terkait dengan AI, menunjukkan dampak disruptif dari inovasi China.
Ambisi China: Mendikte Standar Global
China tidak hanya ingin mandiri secara teknologi, tetapi juga ingin memimpin dalam menetapkan standar teknologi global. Melalui inisiatif "China Standards 2035", mereka berupaya untuk mendikte standar teknis internasional dalam berbagai industri, termasuk AI, 5G, IoT, dan manufaktur canggih.
Strategi ini mencakup:
- Meningkatkan pengaruh China di organisasi standarisasi global
- Mengurangi ketergantungan pada standar Barat
- Memastikan keunggulan di teknologi masa depan
- Mendukung perusahaan teknologi lokal untuk berkontribusi dalam menetapkan standar global
Jika strategi ini berhasil, dominasi teknologi yang selama ini dipegang oleh AS dan sekutunya dapat bergeser ke China.