Alarming! Konsentrasi Karbon Dioksida Lampaui Batas Rekor 800 Ribu Tahun, Ancaman Pemanasan Global Meningkat

Konsentrasi Gas Rumah Kaca Meroket: Rekor Tertinggi dalam 800.000 Tahun Terakhir

Laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) atau World Meteorological Organization berjudul State of the Global Climate 2024 mengungkap fakta mencengangkan terkait konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Data menunjukkan bahwa konsentrasi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O) telah mencapai titik tertinggi dalam kurun waktu 800.000 tahun terakhir, menandakan ancaman serius terhadap iklim global.

Fokus utama laporan ini adalah lonjakan konsentrasi karbon dioksida. Pada tahun 2023, tahun terakhir dengan data global yang terkonsolidasi, konsentrasi CO2 mencapai 420,0 parts per million (ppm). Angka ini melonjak 2,3 ppm dibandingkan tahun 2022, sebuah indikasi bahwa emisi terus meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Jika dibandingkan dengan era pra-industri (tahun 1750), konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat sebesar 151 persen atau 2,5 kali lipat. Konversi 420 ppm ini setara dengan 3.276 gigaton, atau 3,276 triliun ton karbon dioksida yang membebani atmosfer Bumi.

Dampak Pemanasan Global Semakin Nyata

Karbon dioksida dikenal sebagai kontributor utama pemanasan global dan perubahan iklim. Molekul CO2 berperan penting dalam efek rumah kaca, memerangkap panas matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akibatnya, panas terperangkap di atmosfer, menyebabkan peningkatan suhu permukaan Bumi secara signifikan.

Data real-time dari berbagai lokasi di seluruh dunia menunjukkan bahwa tingkat ketiga gas rumah kaca utama ini terus mengalami peningkatan pada tahun 2024. Tren ini mengkhawatirkan karena mempercepat laju perubahan iklim dan meningkatkan risiko cuaca ekstrem.

2024: Tahun Terpanas dalam Sejarah Pencatatan

WMO juga mengonfirmasi bahwa tahun 2024 mencatatkan rekor sebagai tahun terpanas dalam sejarah pencatatan suhu global yang dimulai sejak 175 tahun lalu. Suhu rata-rata global pada tahun 2024 tercatat 1,55 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Fakta ini menjadi sorotan tajam mengingat Perjanjian Paris menetapkan target untuk menahan kenaikan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.

Kenaikan suhu global yang ekstrem ini dipicu oleh dua faktor utama: peningkatan emisi gas rumah kaca yang berkelanjutan dan fenomena El Nino. Kombinasi kedua faktor ini telah mendorong sistem iklim ke batasnya, menghasilkan konsekuensi yang mengkhawatirkan.

Indikator Iklim Lainnya Memprihatinkan

Selain rekor suhu global, laporan WMO juga menyoroti rekor baru pada indikator iklim lainnya, antara lain:

  • Peningkatan Suhu Laut: Lautan terus mengalami pemanasan yang signifikan.
  • Kenaikan Permukaan Air Laut: Permukaan air laut terus meningkat akibat ekspansi termal dan pencairan es.
  • Pencairan Gletser dan Es Laut: Gletser menyusut dengan cepat, dan es laut Antartika mencatat rekor terendah kedua yang pernah tercatat.

Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menekankan bahwa perubahan iklim ekstrem terus menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan di seluruh dunia, mengancam ekosistem dan infrastruktur pesisir.

Daftar kata kunci penting:

Karbon Dioksida|Gas Rumah Kaca|Pemanasan Global|Perubahan Iklim|Organisasi Meteorologi Dunia|WMO|State of the Global Climate 2024|Konsentrasi CO2|El Nino|Suhu Global|Perjanjian Paris|Emisi Gas Rumah Kaca|Kenaikan Permukaan Air Laut|Pencairan Gletser|Celeste Saulo