Airlangga Soroti Luas Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia yang Tertinggal Dibanding Negara Tetangga

markdown Indonesia tengah berupaya keras untuk meningkatkan daya saing ekonominya di kancah regional. Salah satu strategi yang ditempuh adalah melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini menyampaikan kekhawatiran mengenai luas lahan KEK di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Dalam laporan yang disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto saat peresmian KEK Industropolis Batang, Airlangga memaparkan data perbandingan luas KEK di beberapa negara ASEAN. Vietnam tercatat memiliki 4 KEK dengan total luas mencapai 1,6 juta hektar. Malaysia memiliki 6 KEK dengan total luas 2,15 juta hektar. Thailand memiliki 10 KEK dengan total luas 622 ribu hektar. Bahkan Filipina, meski hanya memiliki 419 KEK, luas totalnya mencapai 20 ribu hektar. Sementara itu, Indonesia dengan 24 KEK, luas totalnya baru mencapai 21 ribu hektar.

"Indonesia yang paling kecil, baru punya 24 KEK luasannya baru 21 ribu hektar," ujar Airlangga.

Rincian 24 KEK di Indonesia:

  • 12 KEK industri manufaktur
  • 8 KEK pariwisata
  • 3 KEK industri digital
  • 1 KEK jasa lainnya

Dari keseluruhan KEK tersebut, Indonesia telah berhasil menarik investasi sebesar Rp 263,4 triliun dan menciptakan lapangan kerja bagi 160.874 orang. Airlangga menekankan bahwa peningkatan investasi, termasuk melalui pengembangan KEK, menjadi prioritas untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo Subianto sendiri memiliki visi untuk memperluas cakupan KEK di seluruh Indonesia. Ia bahkan mengidamkan adanya setidaknya satu KEK di setiap provinsi, sehingga totalnya mencapai 38 KEK. Tujuannya adalah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi di seluruh pelosok negeri.

"Ini salah satu dari berapa puluh rencana KEK yang kita akan bangun nanti mungkin idealnya 1 KEK di tiap provinsi. Jadi ujungnya kita harus punya 38 KEK itu yang kita ingin kita ke arah sana," kata Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo menekankan bahwa pembangunan KEK sejalan dengan agenda utama pemerintah, yaitu hilirisasi sumber daya alam. Ia meyakini bahwa hilirisasi akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi ekonomi Indonesia, termasuk penciptaan lapangan kerja hingga 8 juta orang dalam lima tahun mendatang.

"Investasi-investasi yang kita akan laksanakan mulai tahun ini nanti buahnya adalah hilirisasi supaya nilai tambah semua bahan baku kita bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia," tegas Prabowo.

Dengan demikian, pengembangan KEK menjadi salah satu fokus utama pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan daya saing ekonomi, menarik investasi, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong hilirisasi sumber daya alam. Meskipun luas lahan KEK di Indonesia saat ini masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, pemerintah berkomitmen untuk terus mengembangkan dan memperluas cakupan KEK di seluruh Indonesia.