Kisah Inspiratif Supinah: Nenek 91 Tahun Tetap Semangat Berjualan Gorengan Demi Kemandirian

Kisah Inspiratif Supinah: Nenek 91 Tahun Tetap Semangat Berjualan Gorengan Demi Kemandirian

Di usia yang senja, semangat kemandirian Supinah patut diacungi jempol. Nenek berusia 91 tahun ini, memilih untuk tetap berjualan gorengan di depan SD Negeri 1 Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tanpa bantuan dari keluarga ataupun tetangga, Supinah dengan gigih menjajakan dagangannya setiap hari.

Kisah Supinah menjadi viral di media sosial setelah video interaksinya dengan seorang pembeli tersebar luas. Dalam video tersebut, terlihat seorang pria memborong semua gorengan yang dijual Supinah, mulai dari tempe, tahu, hingga pisang goreng. Aksi borong tersebut rupanya menarik perhatian banyak warganet yang tersentuh dengan semangat Supinah.

Rezeki Tak Terduga Mengalir Deras

Sejak videonya viral, rezeki Supinah seakan tak ada habisnya. Pada Kamis (20/3/2025), terlihat beberapa mobil berhenti di dekat lapaknya. Beberapa orang datang memberikan bantuan berupa gula pasir dan sejumlah uang. Bahkan, ada yang sampai mendokumentasikan momen pemberian tersebut. Seorang sopir mobil mewah juga sempat mampir, namun urung membeli karena Supinah belum mulai menggoreng.

"Saya banyak menerima rezeki," ujar Supinah dengan wajah berseri.

Perjuangan di Usia Senja

Supinah telah berjualan gorengan selama empat tahun. Setiap hari, ia memulai aktivitasnya pada pukul 13.00 hingga menjelang maghrib. Dengan berbekal lapak sederhana beratapkan terpal yang disangga rak besi, Supinah menggunakan arang sebagai bahan bakar untuk memasak gorengan di atas tungku. Dengan cekatan, ia mengipasi tungku agar api tetap menyala.

"Semua saya tata sendirian. Lapak saya tinggal di sini (sekolahan)," katanya.

Setiap hari, Supinah mengayuh sepeda dari rumahnya di Dusun Bagongan, Desa Sukorejo, Mertoyudan, menuju lokasi jualannya. Perlengkapan berat seperti rak besi, tungku, dan terpal ditinggalkan di celah bangunan SD Negeri 1 Banjarnegoro. Ia menuntun sepedanya karena sudah tidak berani lagi mengendarainya.

Gorengan Sederhana, Rasa Istimewa

Gorengan yang dijual Supinah dibanderol dengan harga Rp 500 per buah. Tahu dan tempe berukuran standar, sementara pisang gorengnya sedikit lebih kecil. Namun, rasanya tetap menggugah selera, terutama bagi mereka yang sedang berpuasa.

"Saya beli bahan baku di eyeg (penjual sayur keliling)," ungkap Supinah.

Dari Buruh Kasur Menjadi Penjual Gorengan

Sebelum berjualan gorengan, Supinah bekerja sebagai buruh kasur di Kota Magelang. Namun, karena sudah tidak kuat lagi mengangkat kasur yang berat, ia memutuskan untuk beralih profesi menjadi penjual gorengan.

"Sudah tidak kuat angkat-angkat kasur. Saya lalu jualan gorengan," ujarnya.

Supinah memiliki enam cucu dan empat cicit. Ia pernah tinggal bersama putranya di Jakarta, namun hanya bertahan seminggu karena merasa tidak betah. Ia lebih memilih untuk tetap mandiri dan berjualan gorengan di kampung halamannya.

"Di sana saya tidak ada kegiatan. Makanannya lebih enak di sini," pungkasnya sambil tersenyum.

Kisah Supinah adalah contoh nyata bahwa semangat kemandirian tidak mengenal usia. Di usia senja, ia tetap berjuang untuk mencari nafkah dan memberikan inspirasi bagi banyak orang.