Strategi Bertahan Hidup di Ibu Kota: Kisah Ikbal dan Tiga Pilar Penghasilan
Jakarta, kota metropolitan yang menawarkan sejuta mimpi, juga menyimpan tantangan yang tak sedikit. Kisah Ikbal, seorang content writer di Jakarta, adalah cerminan dari perjuangan banyak pekerja urban untuk bertahan hidup di tengah ketidakpastian ekonomi.
Ikbal, yang telah berkecimpung di dunia penulisan konten selama satu dekade, harus menghadapi kenyataan pahit ketika agensi tempatnya bekerja mengumumkan penutupan operasional pada Januari 2025. Kabar ini tentu saja menjadi pukulan telak baginya, mengingat kebutuhan hidup yang terus berjalan. Namun, Ikbal tidak menyerah pada keadaan. Ia segera mengambil inisiatif untuk mencari sumber penghasilan alternatif.
"Kebutuhan itu kan terus berjalan, jadi begitu kantor mengumumkan akan tutup, saya langsung gercep (gerak cepat) cari peluang lain," ungkap Ikbal, seperti dikutip dari kanal YouTube Kompas.com.
Saat ini, Ikbal menerapkan strategi 'tiga kaki' untuk menopang kehidupannya di Jakarta. Ia tidak hanya mengandalkan satu sumber penghasilan, melainkan tiga pekerjaan sekaligus:
- Content Writer Lepas: Ikbal masih bekerja sebagai content writer, namun kini secara lepas (freelance) untuk klien di sebuah bank swasta. Pengalaman yang dimilikinya selama 10 tahun menjadi modal berharga untuk mendapatkan proyek-proyek penulisan konten.
- Penjual Online: Memanfaatkan platform e-commerce, Ikbal juga berjualan produk secara online. Jenis produk yang dijual bervariasi, mulai dari pakaian, aksesoris, hingga produk kebutuhan sehari-hari.
- Afiliator TikTok: Ikbal juga memanfaatkan popularitas TikTok dengan menjadi afiliator. Ia mempromosikan produk-produk tertentu melalui konten video yang kreatif dan menarik. Setiap kali ada penjualan yang berhasil melalui tautan afiliasinya, ia akan mendapatkan komisi.
"Kalau dipikir-pikir, ini cara saya menyiasati hidup di Jakarta agar tetap bisa bertahan," ujar Ikbal.
Tentu saja, menjalani tiga pekerjaan sekaligus bukanlah perkara mudah. Ikbal harus rela mengorbankan waktu istirahat dan momen kebersamaan dengan keluarga. Deadline pekerjaan yang seringkali mendadak, terutama dari klien content writing, membuatnya harus begadang dan mengurangi waktu tidur. Bahkan, di saat rekan-rekan kerjanya menikmati makan siang, Ikbal justru sibuk menyelesaikan pekerjaan lain di luar kantor.
"Sering kali pekerjaan kantor itu kebawa ke rumah, jadi tidur juga keganggu. Apalagi kalau brief datangnya malam, terus paginya harus kelar, itu benar-benar capek," tuturnya.
Sabtu dan Minggu menjadi waktu yang sangat berharga bagi Ikbal untuk recharge energi dan menghabiskan waktu berkualitas bersama istri dan anak-anaknya. Momen ini dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk mengembalikan keseimbangan hidupnya.
Kisah Ikbal adalah potret nyata dari ketangguhan para pekerja urban di Jakarta. Di tengah persaingan yang ketat dan biaya hidup yang tinggi, mereka terus berjuang mencari cara untuk bertahan hidup dan meraih impian. Dwifungsi, atau bahkan trifungsi seperti yang dilakukan Ikbal, bukan lagi sekadar strategi tambahan, melainkan sebuah keniscayaan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi di ibu kota.