Pedoman Baku Penulisan: 'Idulfitri' atau 'Idul Fitri'? Telaah Kaidah Bahasa Indonesia
Merayakan Kemenangan: Menelaah Penulisan yang Tepat 'Idulfitri'
Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia menyambut Hari Raya Idulfitri dengan penuh suka cita. Namun, di tengah semarak perayaan, seringkali muncul pertanyaan mengenai penulisan yang benar: apakah 'Idulfitri' (tanpa spasi) atau 'Idul Fitri' (dengan spasi)? Kerancuan ini wajar, mengingat penggunaan keduanya cukup umum dijumpai dalam berbagai media dan percakapan sehari-hari.
Persoalan ini bukan sekadar masalah selera atau kebiasaan. Ia menyentuh ranah kaidah bahasa Indonesia, khususnya terkait dengan penyerapan kata dari bahasa asing. Untuk memahami duduk perkaranya, mari kita telaah lebih dalam.
'Idulfitri': Bentuk Baku Menurut KBBI
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai rujukan utama bahasa Indonesia, secara tegas menetapkan bahwa bentuk baku penulisan adalah 'Idulfitri' (tanpa spasi). KBBI mendefinisikan Idulfitri sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal, menandai berakhirnya bulan Ramadan dan ibadah puasa sebulan penuh.
Penetapan ini bukan tanpa alasan. Ia berakar pada proses penyerapan kata dari bahasa Arab, bahasa asal kata 'Idulfitri'.
Akar Bahasa dan Proses Penyerapan
Secara etimologis, 'Idulfitri' berasal dari bahasa Arab. Kata 'īd (عِيْدٌ) berarti 'perayaan' atau 'hari raya', yang berakar dari kata 'āda (عَادَ) yang berarti 'kembali' atau 'mengunjungi'. Sementara itu, 'al-fiṭr' (اَلْفِطْرُ) berarti 'buka puasa', berasal dari kata 'faṭara' (فَطَرَ) yang bermakna 'menciptakan', 'meragi', atau 'membatalkan puasa'.
Dalam proses penyerapan ke dalam bahasa Indonesia, kaidah yang berlaku adalah menggabungkan kedua kata tersebut menjadi satu, tanpa spasi, sehingga menjadi 'Idulfitri'. Hal ini sesuai dengan pedoman umum penyerapan bahasa asing yang menekankan adaptasi struktur dan bunyi bahasa asing ke dalam sistem bahasa Indonesia.
Konsistensi dan Ketepatan Berbahasa
Meskipun penulisan 'Idul Fitri' (dengan spasi) masih sering ditemukan, penting untuk diingat bahwa bentuk ini dianggap tidak baku. Penggunaan bentuk baku 'Idulfitri' mencerminkan kepatuhan terhadap kaidah bahasa yang telah ditetapkan, serta menjaga konsistensi dan ketepatan dalam berbahasa Indonesia.
Dengan demikian, mari kita biasakan menggunakan 'Idulfitri' sebagai bentuk yang benar dan baku, khususnya dalam konteks formal seperti surat resmi, karya tulis ilmiah, atau media massa. Penggunaan yang tepat akan memperkaya dan melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Implikasi dalam Penulisan dan Komunikasi
Memahami perbedaan antara penulisan 'Idulfitri' dan 'Idul Fitri' memiliki implikasi penting dalam penulisan dan komunikasi, terutama dalam konteks formal. Penggunaan bentuk baku 'Idulfitri' menunjukkan profesionalisme dan perhatian terhadap detail, serta menghindari potensi kesalahpahaman atau penilaian negatif dari pembaca atau pendengar yang memperhatikan kaidah bahasa.
Selain itu, kesadaran akan penulisan yang benar juga berkontribusi pada pelestarian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan menggunakan bentuk baku secara konsisten, kita turut serta dalam menjaga standar bahasa dan memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap relevan dan efektif dalam berbagai konteks.
Oleh karena itu, mari kita jadikan pemahaman ini sebagai bagian dari upaya kita untuk terus meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, serta menghargai kekayaan dan keragaman bahasa yang kita miliki.
Kesimpulan
Sebagai penutup, mari kita tegaskan kembali bahwa penulisan yang benar dan baku sesuai dengan KBBI adalah 'Idulfitri' (tanpa spasi). Meskipun bentuk 'Idul Fitri' masih sering digunakan, kita sebaiknya membiasakan diri menggunakan bentuk baku untuk menjaga konsistensi dan ketepatan dalam berbahasa Indonesia, terutama dalam konteks formal. Selamat Hari Raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin.