Trump dan Zelensky Akhirnya Berbicara: Bahas Gencatan Senjata Energi dan Masa Depan PLTN Zaporizhzhia
Trump dan Zelensky Jalin Komunikasi: Upaya Redam Ketegangan dan Bahas Masa Depan Energi Ukraina
Setelah sempat bersitegang di Gedung Putih pada akhir Februari lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, akhirnya melakukan percakapan telepon pada Rabu (19/3). Pembicaraan ini menjadi sorotan utama mengingat tensi yang sempat meningkat antara kedua pemimpin negara. Fokus utama percakapan tersebut adalah kemungkinan penghentian serangan terhadap infrastruktur energi dan jaringan, serta masa depan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
Zelensky, saat berada di Finlandia, mengungkapkan kepada media bahwa ia dan Trump membahas secara mendalam mengenai penghentian serangan yang menargetkan infrastruktur energi yang vital bagi Ukraina. Ia menegaskan kesiapan Ukraina untuk menghentikan serangan serupa terhadap jaringan energi di Rusia, sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui penghentian serangan serupa di wilayah Ukraina.
Berikut poin-poin penting yang dibahas dalam percakapan Trump-Zelensky:
- Gencatan Senjata Energi: Zelensky menyampaikan kesediaan Ukraina untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia sebagai respons terhadap kesediaan Putin untuk melakukan hal yang sama di Ukraina. Ia menekankan pentingnya langkah ini sebagai langkah awal menuju pengakhiran perang secara menyeluruh.
- PLTN Zaporizhzhia: Zelensky mengungkapkan bahwa ia dan Trump membahas rencana pengambilalihan PLTN Zaporizhzhia oleh AS. Ia menjelaskan bahwa PLTN tersebut saat ini berada di bawah pendudukan Rusia dan membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk beroperasi kembali. Zelensky meyakini bahwa kapasitas pembangkit nuklir itu dibutuhkan oleh Ukraina dan Eropa untuk bergabung dengan jaringan elektronik Eropa.
- Tekanan dan Konsesi: Zelensky membantah adanya tekanan dari Trump untuk memberikan konsesi kepada Rusia. Ia menggambarkan percakapan tersebut sebagai "positif, sangat substantif, dan jujur".
- Mediasi AS: AS menempatkan diri sebagai mediator dalam konflik ini dan mendorong gencatan senjata selama 30 hari antara Ukraina dan Rusia sebagai langkah awal menuju penyelesaian yang lebih luas.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, dan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dalam pernyataan bersama, menyatakan bahwa Trump dan Zelensky membahas pasokan listrik dan PLTN Ukraina. Mereka menambahkan bahwa AS dapat memberikan bantuan signifikan dalam mengelola pembangkit-pembangkit tersebut. Bahkan, mereka mengusulkan agar kepemilikan Amerika atas pembangkit-pembangkit itu akan menjadi perlindungan terbaik bagi infrastruktur tersebut.
Percakapan Trump-Zelensky ini dilaporkan berjalan positif, dengan Gedung Putih menyebutnya sebagai "fantastis". Hal ini menandakan adanya upaya untuk meredakan ketegangan yang sempat terjadi dan membuka jalan bagi dialog yang lebih konstruktif dalam upaya mencari solusi damai untuk konflik yang berkecamuk di Ukraina. Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan tuntutan Putin agar negara-negara Barat menghentikan semua bantuan militer untuk Ukraina sebagai prasyarat gencatan senjata penuh.
Zelensky juga mengusulkan agar penghentian serangan itu mencakup target-target sipil di kedua negara. Ia menyatakan bahwa Ukraina akan menyusun daftar fasilitas energi, infrastruktur kereta api, dan pelabuhan yang bisa menjadi target gencatan senjata terbatas ini. Zelensky menekankan bahwa kesepakatan yang jelas mengenai gencatan senjata parsial sangat penting agar tidak terjadi pelanggaran, terutama dengan penggunaan drone dan rudal.
Upaya mediasi yang dilakukan oleh AS ini menjadi krusial dalam mencari titik temu antara Ukraina dan Rusia. Meskipun Putin bersikeras agar bantuan militer ke Ukraina dihentikan, kesediaannya untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari setelah percakapan dengan Trump menunjukkan adanya potensi untuk kompromi. Namun, Kremlin juga menegaskan bahwa agar gencatan senjata yang luas bisa berhasil, Ukraina tidak boleh diizinkan mempersenjatai kembali militernya. Masa depan pembicaraan ini akan sangat bergantung pada kemauan kedua belah pihak untuk berkompromi dan menemukan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.