GKI Diponegoro Surabaya Giatkan Sahur Bersama, Rangkul Erat Umat Muslim dalam Semangat Toleransi

Surabaya, Jawa Timur - Dalam semangat Ramadhan yang penuh berkah, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, kembali menunjukkan komitmennya dalam merajut kerukunan antar umat beragama. Inisiatif mulia ini diwujudkan melalui kegiatan sahur bersama yang diadakan untuk para jamaah Masjid Rahmat Kembang Kuning, Surabaya. Kegiatan ini bukan sekadar berbagi hidangan, melainkan juga simbol persaudaraan dan toleransi yang mendalam.

Kegiatan sahur bersama ini telah menjadi agenda rutin GKI Diponegoro, khususnya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dimulai dengan doa bersama di lingkungan gereja, para sukarelawan dengan penuh sukacita mempersiapkan dan mengantarkan ratusan kotak nasi beserta air mineral ke Masjid Rahmat. Kehadiran mereka disambut hangat oleh para jamaah yang tengah menjalankan ibadah iktikaf.

Menguatkan Toleransi Pasca Tragedi

Ketua Persekutuan Gereja Indonesia se-Surabaya (PGIS), Pendeta Claudia Stefanie, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari upaya menumbuhkan kesadaran toleransi antar umat beragama, terutama di bulan suci Ramadhan. "Bangsa ini sangatlah majemuk, sehingga membutuhkan kerjasama dari semua elemen masyarakat. Beriman secara inklusif, mengasihi semua orang tanpa melihat iman, gender, suku bangsa, itu adalah perintah Tuhan," ujarnya.

Lebih lanjut, Pendeta Claudia menjelaskan bahwa kegiatan ini memiliki akar yang kuat dalam sejarah hubungan antara GKI Diponegoro dan Masjid Rahmat Kembang Kuning. Pasca-tragedi pengeboman gereja di Surabaya pada tahun 2018, di mana GKI Diponegoro menjadi salah satu sasaran, Masjid Rahmat Kembang Kuning hadir memberikan dukungan moral dan solidaritas. Sejak saat itu, kedua komunitas agama ini terus menjalin persahabatan erat melalui berbagai kegiatan, termasuk sahur bersama.

Filosofi Persaudaraan Universal

Roliyono, Ketua Dua Yayasan Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya, menyambut baik inisiatif GKI Diponegoro. Ia menekankan pentingnya kegiatan ini dalam mempererat tali persaudaraan antar umat beragama. "Sejak tragedi itu, kami ingin memberitahukan bahwa Islam tidak seperti yang digambarkan oleh pelaku teror. Meskipun berbeda agama, kita tetap satu bangsa," tegasnya.

Roliyono juga menjelaskan tiga prinsip yang menjadi landasan dalam membangun toleransi antar umat beragama:

  • Ukhuwah Islamiyah: Persaudaraan antar sesama umat Muslim.
  • Ukhuwah Wathaniyah: Persaudaraan antar seluruh elemen masyarakat yang beragam agama, suku, bahasa, dan budaya.
  • Ukhuwah Basyariyah: Persaudaraan universal yang didasari oleh keyakinan bahwa seluruh manusia berasal dari satu keturunan, Adam dan Hawa.

"Islam itu Rahmatan Lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam. Kita tidak bisa hidup hanya untuk diri sendiri atau kelompok kita sendiri," imbuh Roliyono.

Harapan untuk Masa Depan

Kedua belah pihak berharap agar kerjasama yang telah terjalin dapat terus dikembangkan ke dalam berbagai kegiatan yang lebih beragam. Tujuannya adalah untuk saling mendukung dalam memenuhi kebutuhan bangsa dan negara, memperkuat persaudaraan antar umat beragama, membangun kesepahaman, dan mencapai kesejahteraan bersama.

Kegiatan sahur bersama ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang untuk membangun persaudaraan dan kerjasama. Justru, dalam keberagaman inilah, kekuatan bangsa Indonesia dapat ditemukan.