Eskalasi Konflik: Israel Gempur Fasilitas Militer dan Peluncur Roket Hizbullah di Lebanon

Israel Intensifkan Serangan di Lebanon, Targetkan Infrastruktur Militer Hizbullah

Tentara Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan meningkatkan serangan terhadap target-target militer di Lebanon, khususnya yang terkait dengan kelompok Hizbullah. Serangan terbaru, yang terjadi pada hari Kamis (20/3/2025), menyasar lokasi-lokasi strategis di Lebanon timur dan selatan, menandai eskalasi dalam ketegangan yang telah berlangsung lama antara kedua negara.

Menurut pernyataan resmi dari IDF, serangan tersebut ditujukan pada:

  • Sebuah lokasi militer di wilayah Bekaa yang digunakan sebagai infrastruktur teroris bawah tanah.
  • Sebuah lokasi militer di Lebanon selatan yang berfungsi sebagai lokasi peluncuran roket. IDF mengklaim telah mengidentifikasi aktivitas Hizbullah di lokasi ini.

Laporan dari media pemerintah Lebanon mengkonfirmasi serangan udara tersebut, yang menargetkan lereng timur pegunungan di kota Janta di Bekaa, serta pinggiran kota Taraya, sebelah barat Baalbek, juga di timur. Selain itu, dilaporkan adanya empat rudal yang ditembakkan di daerah Nabatiyeh di Lebanon selatan.

Beruntungnya, serangan ini dilaporkan tidak menimbulkan korban jiwa. Namun, intensitas serangan ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi memburuknya situasi keamanan di wilayah tersebut. Serangan ini menjadi sorotan karena terjadi setelah gencatan senjata yang ditengahi pada tanggal 27 November, yang sebelumnya berhasil meredakan pertempuran sengit antara Hizbullah dan Israel selama lebih dari setahun. Gencatan senjata ini sebagian besar menghentikan pertempuran, setelah dua bulan perang terbuka di mana Israel mengirim pasukan darat.

Hizbullah sendiri menyatakan bahwa tindakan mereka adalah bentuk dukungan terhadap militan Hamas yang sedang berperang melawan Israel di Gaza. Namun, Israel terus melakukan serangan ke wilayah Lebanon sejak gencatan senjata berlaku. Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel seharusnya menarik diri dari Lebanon pada tanggal 18 Februari, setelah gagal memenuhi tenggat waktu pada bulan Januari. Meskipun demikian, Israel tetap menempatkan pasukannya di lima lokasi yang dianggap strategis.

Situasi ini menggambarkan dinamika yang kompleks dan rapuh di perbatasan Israel-Lebanon. Meskipun ada upaya untuk meredakan ketegangan melalui gencatan senjata, serangan-serangan terbaru ini menunjukkan bahwa potensi konflik masih sangat tinggi. Masyarakat internasional terus memantau situasi ini dengan cermat, menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk keadaan. Masa depan hubungan Israel-Lebanon, dan stabilitas regional secara keseluruhan, bergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk menemukan jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan. Eskalasi ini jelas mengancam stabilitas yang sudah rapuh di kawasan itu.

Potensi Dampak Regional

Serangan yang terus-menerus dari Israel di Lebanon dikhawatirkan akan memicu konflik yang lebih luas di kawasan tersebut. Dengan Hizbullah yang memiliki dukungan kuat dari Iran, setiap eskalasi dapat dengan cepat menarik kekuatan regional lainnya ke dalam konflik. Dampak kemanusiaan dari perang yang lebih besar akan sangat besar, dengan potensi pengungsian massal, kehancuran infrastruktur, dan hilangnya nyawa yang tak terhitung jumlahnya. Penting bagi komunitas internasional untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan memastikan perlindungan warga sipil.