Sentimen Global Tekan IHSG dan Rupiah: Analisis Pasar 21 Maret 2025

Pelemahan IHSG dan Rupiah Digerus Sentimen Global

Awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 21 Maret 2025, diwarnai dengan koreksi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bersamaan dengan itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS juga menunjukkan pelemahan di pasar spot. Tekanan ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan data ekonomi AS yang dirilis semalam.

Pada pukul 09.04 WIB, IHSG tercatat berada di posisi 6.360, atau turun 21,39 poin (0,34%) dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level 6.418,39. Aktivitas perdagangan menunjukkan 130 saham menguat, 203 saham melemah, dan 186 saham stagnan. Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 1,22 triliun dengan volume 672,69 juta saham.

Analisis Teknikal dan Proyeksi IHSG

Analis pasar memberikan proyeksi bahwa IHSG berpotensi mengalami penguatan terbatas, dengan level support dan resistance berada di rentang 6.220 – 6.530. Namun, apabila IHSG gagal menembus level 6.557, terdapat risiko kelanjutan tren penurunan dengan potensi pengujian kembali support fraktal di level 5.996.

Performa Bursa Regional

Pergerakan bursa saham di kawasan Asia juga menunjukkan sentimen negatif. Beberapa indeks utama seperti Strait Times (Singapura) dan Shanghai Composite (Tiongkok) mengalami penurunan. Sementara itu, Nikkei 225 (Jepang) mencatatkan kenaikan tipis, dan Hang Seng (Hong Kong) mengalami penurunan.

  • Strait Times: Turun 0,12% (4,87 poin) di level 3.925,62
  • Shanghai Composite: Turun 0,07% (2,35 poin) di level 3.406,60
  • Nikkei 225: Naik 0,36% (137,58 poin) ke level 37.983,00
  • Hang Seng: Turun 0,34% (81,95 poin) ke level 24.138

Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot juga menunjukkan tren pelemahan. Data Bloomberg menunjukkan pada pukul 09.20 WIB, Rupiah berada pada level Rp 16.505,5 per Dolar AS, atau melemah 25,5 poin (0,15%) dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 16.531,5 per Dolar AS.

Faktor Pendorong Pelemahan Rupiah

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa penguatan indeks Dolar AS menjadi salah satu faktor utama yang menekan Rupiah. Indeks Dolar AS pagi ini berada di level 103.81, lebih tinggi dibandingkan level sebelumnya di 103.30.

Penguatan Dolar AS didukung oleh rilis data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi. Data klaim tunjangan pengangguran mingguan menunjukkan penurunan jumlah pengangguran, sementara indeks manufaktur di area Philadelphia dan data penjualan rumah yang sudah ada menunjukkan peningkatan.

Berikut data ekonomi AS yang mendukung penguatan Dolar AS:

  • Initial Jobless Claims: Naik menjadi 223.000 (sebelumnya 220.000).
  • Continuing Claims: Naik menjadi 1,89 juta (sebelumnya 1,87 juta).
  • Indeks Manufaktur Philadelphia: 12,5 (sebelumnya 8,8).
  • Penjualan Rumah yang Sudah Ada: 4,26 juta (sebelumnya 3,95 juta).

Selain itu, pasar masih dibayangi kekhawatiran terkait potensi penerapan kebijakan tarif oleh mantan Presiden AS Donald Trump, yang mendorong investor untuk mencari aset safe haven seperti emas dan Dolar AS. Ketegangan geopolitik terkait konflik Israel-Palestina dan prospek perdamaian Ukraina-Rusia yang belum jelas juga turut memengaruhi sentimen pasar.

"Oleh karena itu, hari ini rupiah berpotensi kembali melemah terhadap dollar AS ke kisaran 16.550, dengan potensi support di 16.430," pungkas Ariston.