Kenaikan Permukaan Air Laut Global Semakin Mengkhawatirkan, Laju Peningkatan Melonjak Drastis

Peningkatan Laju Kenaikan Permukaan Air Laut Picu Kekhawatiran Global

Laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) atau World Meteorological Organization, State of the Global Climate 2024, mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan terkait laju kenaikan permukaan air laut. Data menunjukkan adanya peningkatan signifikan, mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan periode pemantauan satelit awal pada tahun 1993. Temuan ini menggarisbawahi dampak perubahan iklim yang semakin nyata dan mendesak perlunya tindakan mitigasi yang lebih efektif.

Analisis Data dan Perbandingan Periode

Laporan WMO secara eksplisit menyatakan bahwa laju kenaikan permukaan air laut selama periode 2015-2024 mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan periode 1993-2002. Secara rinci, pada periode awal (1993-2002), laju peningkatan tercatat sebesar 2,1 milimeter (mm) per tahun. Namun, pada periode terbaru (2015-2024), angka tersebut melonjak menjadi 4,7 mm per tahun. Peningkatan yang signifikan ini memberikan indikasi kuat tentang percepatan dampak perubahan iklim terhadap lingkungan laut global.

Dampak Nyata Terhadap Ekosistem dan Infrastruktur Pesisir

Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menekankan bahwa kenaikan permukaan air laut ini telah menimbulkan dampak buruk yang nyata terhadap ekosistem dan infrastruktur pesisir. Beberapa dampak yang telah teridentifikasi meliputi:

  • Banjir Rob: Kenaikan permukaan air laut secara langsung meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir rob, mengancam wilayah pesisir dan aktivitas ekonomi masyarakat.
  • Kontaminasi Air Tanah: Intrusi air laut akibat kenaikan permukaan laut menyebabkan kontaminasi air tanah dengan air asin, mengurangi ketersediaan air bersih untuk kebutuhan domestik dan pertanian.
  • Kerusakan Ekosistem: Ekosistem pesisir seperti hutan mangrove dan terumbu karang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut, mengancam keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis penting.

Saulo juga menambahkan bahwa data tahun 2024 semakin mengkonfirmasi tren pemanasan lautan dan kenaikan permukaan air laut. Fenomena ini diperparah oleh mencairnya bagian permukaan Bumi yang beku atau dikenal sebagai kriosfer, termasuk gletser dan lapisan es.

Peran Mencairnya Kriosfer dalam Kenaikan Permukaan Air Laut

Mencairnya kriosfer, terutama gletser dan lapisan es di Antartika, memiliki kontribusi signifikan terhadap kenaikan permukaan air laut. Laporan WMO menyoroti bahwa gletser terus menyusut, dan es laut Antartika mencapai tingkat terendah kedua yang pernah tercatat. Kondisi ini semakin mempercepat laju kenaikan permukaan air laut dan meningkatkan risiko bencana alam terkait iklim.

Studi Terbaru Ungkap Dampak Pencairan Gletser

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature baru-baru ini memberikan gambaran lebih detail tentang dampak pencairan gletser terhadap kenaikan permukaan air laut. Studi tersebut mengungkapkan bahwa permukaan laut telah naik hampir 2 sentimeter (cm) pada abad ini akibat pencairan gletser saja.

Penelitian yang berjudul Community estimate of global glacier mass changes from 2000 to 2023 menemukan bahwa sekitar 6,542 triliun ton es dari gletser di seluruh dunia telah mencair antara tahun 2000 hingga 2023. Akibatnya, permukaan laut global naik sebesar 18 milimeter (mm).

Secara rata-rata, gletser di seluruh dunia kehilangan sekitar 273 miliar ton es setiap tahunnya. Jumlah ini setara dengan konsumsi air selama 30 tahun oleh seluruh populasi global. Selama abad ini, gletser yang mencair telah kehilangan sekitar 5 persen dari total volumenya.

Laju pencairan gletser bervariasi di berbagai wilayah di dunia. Misalnya, pulau-pulau di Antarktika dan subantartika kehilangan sekitar 2 persen dari volumenya, sedangkan gletser di Eropa tengah kehilangan sekitar 39 persen.

Profesor Noel Gourmelen dari Universitas Edinburgh, salah satu penulis utama studi tersebut, menyampaikan bahwa temuan tersebut sangat mengejutkan dan menjadi pengingat bahwa perubahan terjadi dengan cepat di beberapa wilayah. Gourmelen juga menekankan bahwa pencairan gletser memiliki dampak nyata dan merupakan indikator penting perubahan iklim selama 20 tahun terakhir.

Kesimpulan

Temuan-temuan ini menggarisbawahi urgensi untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi perubahan iklim. Pengurangan emisi gas rumah kaca, transisi menuju energi terbarukan, dan upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim menjadi sangat penting untuk melindungi ekosistem pesisir dan masyarakat yang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut.