Rumah Ramah Lingkungan Masih Jadi Tantangan Bagi Kelas Menengah, Pengembang Akui Harga Jadi Kendala Utama

Meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan telah mendorong permintaan properti ramah lingkungan, termasuk rumah tinggal. Namun, realitasnya, harga rumah ramah lingkungan masih menjadi penghalang signifikan, terutama bagi masyarakat kelas menengah.

Dalam sebuah diskusi media yang diadakan di Kantor Marketing BSD, Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI) dan Advisor President Office Sinar Mas Land, Ignesz Kemalawarta, mengungkapkan bahwa properti ramah lingkungan umumnya memiliki harga premium, bahkan bisa mencapai 4% lebih tinggi dibandingkan properti konvensional. Meskipun demikian, Ignesz menekankan bahwa investasi awal yang lebih tinggi ini akan memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan melalui penghematan energi yang substansial.

"Kita paham kalau kita bikin green ini, itu ada peningkatan dalam biaya di awalnya 4% maksimal. Tapi dalam 40 tahun, owner akan menikmati penghematan energi yang agresif," ujar Ignesz.

Lantas, bagaimana dengan aksesibilitas rumah ramah lingkungan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah? Ignesz mengakui bahwa tantangan terbesar terletak pada kemampuan finansial kelompok ini. Meskipun tidak menutup kemungkinan bagi rumah kelas menengah untuk meraih sertifikasi bangunan hijau, setidaknya dengan peringkat silver, namun untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), hal ini menjadi sangat sulit.

"Kalau yang menengah sudah susah, yang menengah ke bawah paling susah (dapat sertifikat bangunan hijau)," jelasnya.

Rumah subsidi, yang ditujukan untuk MBR, menghadapi kendala khusus karena harga jualnya telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini membatasi fleksibilitas untuk menambahkan fitur-fitur ramah lingkungan yang berpotensi meningkatkan biaya konstruksi.

"Kalau yang MBR ini sama sekali, kalau dicari paling ujung-ujungnya di desainnya (yang disesuaikan)," imbuh Ignesz.

Ignesz juga menyoroti bahwa jumlah pengembang yang aktif membangun bangunan hijau masih relatif sedikit. GBCI berencana untuk meningkatkan upaya sosialisasi mengenai pentingnya dan manfaat bangunan hijau kepada para pengembang. Selain itu, mereka akan mendorong pemerintah untuk memberikan insentif yang menarik bagi pengembang yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan.

Senada dengan Ignesz, VP of Market Research & Product Strategy Sinar Mas Land, Dwi Novita Yeni, mengakui bahwa pasar properti ramah lingkungan saat ini didominasi oleh kelas menengah ke atas. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan teknologi baru dan biaya yang lebih tinggi dalam pembangunan rumah ramah lingkungan, yang pada akhirnya berdampak pada harga jual.

"Kalau dari sisi developer, ketika kita menawarkan product yang berbeda, product ini memang memberikan benefit jangka panjang, baik ke pemiliknya sendiri maupun lingkungan secara umum otomatis kita menjualnya lebih mahal sehingga segmen menengah dan menengah ke bawah masih belum masuk," kata Dwi Novita Yeni.

Namun demikian, Dwi Novita Yeni menyampaikan komitmen Sinar Mas Land untuk mengembangkan hunian ramah lingkungan yang lebih terjangkau bagi segmen kelas menengah di masa depan. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran dan upaya dari pengembang untuk memperluas aksesibilitas properti berkelanjutan bagi masyarakat yang lebih luas.

Upaya Mendukung Pembangunan Rumah Ramah Lingkungan:

  • Sosialisasi: GBCI akan terus melakukan sosialisasi kepada pengembang mengenai pentingnya dan manfaat dari bangunan hijau.
  • Insentif Pemerintah: Mendorong pemerintah untuk memberikan insentif yang menarik bagi pengembang yang membangun bangunan hijau.
  • Inovasi Teknologi: Pengembang perlu berinovasi dalam penggunaan teknologi untuk menekan biaya pembangunan rumah ramah lingkungan.
  • Kolaborasi: Perlunya kolaborasi antara pengembang, pemerintah, dan lembaga terkait untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pembangunan rumah ramah lingkungan yang terjangkau.

Dengan upaya bersama, diharapkan rumah ramah lingkungan dapat menjadi lebih mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan kualitas hidup yang lebih baik.