Banjir Kebon Pala Surut Perlahan, Warga Masih Mengungsi
Banjir Kebon Pala Surut Perlahan, Warga Masih Mencari Tempat Aman
Genangan air akibat luapan Kali Ciliwung di wilayah Kebon Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, menunjukkan tanda-tanda surut pada Rabu pagi, 5 Maret 2025. Meskipun demikian, ketinggian air masih signifikan, tercatat sekitar 140 sentimeter berdasarkan keterangan Sanusi, Ketua RT 13/04 Kampung Melayu. Meskipun terjadi penurunan ketinggian air, proses surutnya berlangsung lambat, membuat sebagian besar warga memilih untuk tetap berada di tempat pengungsian, mengingat potensi bahaya yang masih mengintai.
Sanusi menjelaskan bahwa upaya evakuasi telah dilakukan sebelumnya dan warga yang rumahnya terendam, terutama perempuan, lansia, dan balita, telah ditempatkan di tempat pengungsian yang telah disiapkan di SD Kampung Melayu 02. Listrik di kawasan terdampak banjir juga dilaporkan padam, menambah kesulitan warga yang terdampak. Kondisi ini menunjukkan dampak yang kompleks dari bencana banjir yang melanda kawasan tersebut, membutuhkan penanganan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Kondisi Sebelumnya dan Kesaksian Warga
Sebelumnya, pada Selasa malam, 4 Maret 2025, ketinggian air banjir di Kebon Pala bervariasi, mencapai hingga dua meter di titik terendah dan satu meter di titik yang lebih tinggi. Adit (38), salah satu warga yang rumahnya terendam, menceritakan pengalamannya. Ia mengamati penurunan ketinggian air, namun masih cukup tinggi, sekitar dua meter di dalam rumah dan lebih dari satu meter di bagian depan. Ia juga menuturkan bahwa meskipun ada beberapa warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka, kebanyakan warga, khususnya kelompok rentan, telah dievakuasi untuk memastikan keselamatan mereka.
Tantangan dan Upaya Penanganan
Peristiwa ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di daerah rawan genangan seperti Kebon Pala. Selain upaya evakuasi dan pendirian tempat pengungsian, perlu adanya langkah-langkah mitigasi bencana yang lebih komprehensif, meliputi perbaikan sistem drainase, penanganan Kali Ciliwung, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana alam. Kejadian ini juga mengingatkan pentingnya koordinasi antar lembaga terkait dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada warga terdampak banjir.
Meskipun air mulai surut, permasalahan belum sepenuhnya teratasi. Pemulihan pascabanjir membutuhkan waktu dan upaya yang terintegrasi dari berbagai pihak, memastikan warga dapat kembali ke kehidupan normal dengan cepat dan aman. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam di masa mendatang.