Kisah Inspiratif Bahlil Lahadalia: Dari Busung Lapar hingga Panggung Politik
Di balik kesuksesan seorang tokoh politik, tersembunyi perjalanan hidup yang penuh liku dan perjuangan. Kisah Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Partai Golkar, adalah cerminan dari ketangguhan dan semangat pantang menyerah dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Dalam acara safari Ramadhan yang digelar di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Bahlil membuka lembaran masa lalunya, berbagi pengalaman pahit getir yang membentuk dirinya menjadi sosok yang kita kenal saat ini.
Masa Kecil yang Penuh Perjuangan
Bahlil Lahadalia lahir dan tumbuh dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu ibunya mencari nafkah dengan berjualan kue. Setiap pagi, setelah ibunya selesai membuat kue, Bahlil berkeliling menjajakan kue tersebut kepada teman-teman sekolahnya. Upaya ini dilakukannya demi membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
"Sejak kecil saya sudah membantu ibu saya menjual kue. Pagi hari setelah subuh, ibu saya membuat kue, dan saya yang menjual kue itu kepada teman-teman sekolah saya," kenang Bahlil.
Namun, perjuangan Bahlil tidak berhenti di situ. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia bahkan sempat menjadi kondektur angkutan kota (angkot). Pekerjaan ini dilakoninya demi mendapatkan tambahan uang untuk membantu keluarga. Baginya, kerasnya kehidupan sudah menjadi bagian dari kesehariannya sejak usia belia.
"Di SMP, saya pernah menjadi kondektur angkot. Tahu angkot? Saya sudah hidup keras sejak SMP. Di SMA juga hidup keras," ujarnya.
Pengalaman Busung Lapar dan Aktivisme
Masa kecil Bahlil juga diwarnai dengan pengalaman pahit mengalami busung lapar. Ia menceritakan bagaimana pada saat-saat sulit, ia hanya bisa mengonsumsi mangga muda untuk bertahan hidup. Pengalaman ini membekas dalam benaknya dan menjadi pengingat akan pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diterima.
"Pernah busung lapar. Karena makannya tidak ada. Makan buah saja, mangga muda. Itu pernah saya rasakan," ungkapnya.
Memasuki masa kuliah, Bahlil aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Ia sering terlibat dalam demonstrasi menyuarakan aspirasi masyarakat. Akibatnya, ia beberapa kali ditangkap oleh aparat kepolisian. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai loper koran dan tinggal di asrama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Kuliah, jadi aktivis, sering ditangkap oleh polisi karena demonstrasi. Pernah juga bekerja sebagai loper koran dan tinggal di asrama," kata dia.
Pesan Inspiratif untuk Generasi Muda
Di hadapan para santri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Bahlil mengingatkan untuk selalu bersyukur atas segala yang dimiliki. Ia mencontohkan bahwa meskipun tinggal di pesantren, para santri tetap mendapatkan jaminan makanan tiga kali sehari. Hal ini, menurutnya, merupakan sebuah nikmat yang patut disyukuri.
"Jadi, bersyukurlah anak-anakku semua, sekalipun tinggal di pesantren ini, tapi makanan dijamin tiga kali sehari. Itu bersyukur. Saya banyak menceritakan ketika busung lapar, orang tidak percaya," imbuhnya.
Kisah hidup Bahlil Lahadalia adalah inspirasi bagi kita semua. Bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan semangat pantang menyerah, kita dapat meraih kesuksesan, meskipun berasal dari latar belakang yang kurang beruntung.