Atasi Banjir Bekasi: AHY Serukan Terobosan Solusi Komprehensif, Bukan Sekadar Tembok Raksasa
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan perlunya pendekatan inovatif dan komprehensif dalam mengatasi permasalahan banjir yang terus menghantui Bekasi. AHY menegaskan bahwa solusi klasik tidak akan efektif menangani masalah yang sudah mengakar ini. Pernyataan ini disampaikan AHY saat ditemui di Menara Kompas, Jumat (21/3/2025).
"Kita tidak bisa terus-menerus menggunakan cara-cara lama untuk menyelesaikan masalah yang sudah jelas kompleks. Dibutuhkan terobosan dan intervensi yang signifikan," ujar AHY. Ia menambahkan bahwa berbagai kementerian terkait telah melakukan serangkaian rapat untuk mengidentifikasi akar permasalahan banjir di Bekasi. Hasilnya, ditemukan tiga faktor utama yang menjadi penyebab banjir, yaitu:
- Alih Fungsi Lahan di Hulu: Perubahan tata ruang dan alih fungsi lahan di wilayah hulu mengurangi kemampuan lahan untuk menyerap air hujan, sehingga meningkatkan limpasan air ke wilayah hilir.
- Kapasitas Daerah Resapan Air Hujan: Kurangnya daerah resapan air hujan di wilayah perkotaan memperburuk masalah banjir. Minimnya ruang terbuka hijau dan sistem drainase yang tidak memadai menyebabkan air hujan sulit diserap ke dalam tanah.
- Penurunan Permukaan Tanah: Penurunan permukaan tanah (land subsidence) memperparah kerentanan wilayah terhadap banjir. Penurunan ini disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan dan faktor geologis lainnya.
AHY menegaskan bahwa pembangunan giant sea wall atau tanggul laut raksasa bukanlah solusi tunggal untuk mengatasi banjir di Bekasi. Meskipun proyek ini penting sebagai upaya mitigasi banjir rob di wilayah pesisir, masalah-masalah lain seperti alih fungsi lahan dan penurunan permukaan tanah juga harus ditangani secara serius.
"Giant sea wall adalah salah satu bagian dari solusi, tetapi kita tidak boleh mengabaikan isu-isu lainnya. Bagaimana kita mencegah penurunan permukaan tanah yang terus terjadi akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan? Ini adalah pertanyaan penting yang harus kita jawab," tegas AHY.
Oleh karena itu, AHY mendorong agar solusi banjir Bekasi dirancang secara komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Ia menekankan pentingnya integrasi dan koordinasi antar berbagai sektor dan pemangku kepentingan.
"Esensinya adalah kita sedang mencari solusi yang lebih komprehensif. Ini melibatkan semua pihak. Kita ingin tidak ada satu pun aspek yang terlewatkan, karena semuanya harus terintegrasi satu sama lain," jelas AHY.
Sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall sebagai upaya mengatasi banjir rob di kawasan pesisir. AHY menegaskan bahwa proyek ini merupakan langkah mitigasi penting untuk melindungi wilayah pesisir dari ancaman banjir rob yang semakin meningkat akibat abrasi dan penurunan tanah.
"Bapak Presiden telah menugaskan kami untuk menyiapkan dan menjalankan pembangunan Giant Sea Wall sebagai upaya perlindungan pesisir sekaligus mitigasi banjir rob akibat abrasi dan penurunan tanah yang signifikan, mencapai 4 hingga 10 cm per tahun,” ujarnya di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Giant Sea Wall dirancang sebagai solusi jangka panjang, terutama untuk wilayah Jakarta dan pantai utara Jawa. Namun, AHY kembali menekankan bahwa keberhasilan proyek ini juga bergantung pada upaya-upaya lain untuk mengatasi akar permasalahan banjir, seperti pengendalian alih fungsi lahan dan pengelolaan air tanah yang berkelanjutan.