Kebijakan Proteksionis Trump Picu Gejolak di Wall Street, Saham Raksasa AS Terkoreksi Tajam
Kebijakan Proteksionis Trump Picu Gejolak di Wall Street, Saham Raksasa AS Terkoreksi Tajam
Pasar saham Amerika Serikat (AS) kembali mencatat penurunan signifikan pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), melanjutkan tren negatif yang dimulai pada Senin lalu. Gejolak ini dipicu oleh kebijakan tarif proteksionis Presiden Donald Trump yang semakin meningkatkan kekhawatiran investor akan dampaknya terhadap perekonomian global. Indeks Dow Jones Industrial Average, barometer utama Wall Street, ambruk 670,25 poin atau 1,55 persen, memperparah penurunan hari sebelumnya yang mencapai hampir 650 poin. Penutupan Dow Jones pada level 42.520,99 menandai pelemahan yang cukup signifikan.
Indeks S&P 500 turut mengalami penurunan sebesar 1,22 persen, ditutup pada level 5.778,15. Penurunan ini semakin memperdalam kekhawatiran, mengingat hari perdagangan sebelumnya telah menorehkan hari terburuk S&P 500 di tahun ini. Sementara itu, indeks Nasdaq Composite menunjukan penurunan yang relatif lebih ringan, yaitu 0,35 persen, dan berakhir di angka 18.285,16. Penurunan tajam ini telah mendorong S&P 500 masuk ke zona merah untuk tahun 2025 dan membuat Dow Jones stagnan sepanjang tahun.
Pemberlakuan bea masuk sebesar 25 persen terhadap impor dari Kanada dan Meksiko, serta bea masuk tambahan 10 persen terhadap barang-barang Tiongkok, menjadi pemicu utama gejolak ini. Langkah Trump ini mendapat balasan dari kedua negara. Tiongkok merespon dengan menaikkan bea masuk hingga 15 persen terhadap sejumlah produk AS, sementara Meksiko, melalui Presiden Claudia Sheinbaum, menyatakan akan menerapkan balasan berupa bea masuk dan tindakan lainnya yang akan diumumkan pada akhir pekan. Kanada, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Justin Trudeau, juga mengumumkan akan mengenakan pungutan sebesar 25 persen terhadap barang-barang AS, yang kemudian dibalas oleh Trump dengan tarif yang lebih tinggi.
Dampak kebijakan ini terasa nyata di bursa saham. Saham perusahaan-perusahaan yang bergantung pada impor mengalami tekanan signifikan. General Motors (GM) dan Ford misalnya, mencatat penurunan saham masing-masing lebih dari 4 persen dan hampir 3 persen. Chipotle, yang mengandalkan impor alpukat dari Meksiko, juga mengalami penurunan 2 persen. Target, raksasa ritel AS, mencatat penurunan 3 persen dengan CEO-nya memprediksi kenaikan harga sejumlah produk dalam beberapa hari mendatang sebagai konsekuensi dari tarif baru. Investor sebelumnya berharap akan tercapai kesepakatan terakhir untuk menghindari pajak penuh atas impor dari Meksiko dan Kanada, namun harapan tersebut sirna setelah Trump mengkonfirmasi pemberlakuan pungutan tersebut.
Situasi ini menggambarkan dampak signifikan dari kebijakan proteksionis terhadap sentimen pasar dan perekonomian global. Ketidakpastian yang muncul akibat perang tarif ini menimbulkan kekhawatiran akan berlanjutnya volatilitas di Wall Street dan berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi global. Respon dari berbagai negara terhadap kebijakan Trump semakin memperumit situasi dan menimbulkan tanda tanya besar akan perkembangan pasar saham di masa mendatang.
Sumber: Berbagai laporan dan berita ekonomi