Senandung Perlawanan: Lima Band Indonesia yang Lantang Mengkritisi Ketidakadilan Sosial

Gelombang demonstrasi yang menerjang ibu kota dan polemik RUU kontroversial menjadi latar bagi bangkitnya kesadaran akan pentingnya suara kritis dalam musik. Lebih dari sekadar hiburan, musik dapat menjadi medium untuk menyampaikan aspirasi, menggugah kesadaran, dan bahkan mendorong perubahan sosial. Jauh sebelum hiruk pikuk demonstrasi memenuhi jalanan, sejumlah band di Indonesia telah konsisten menyuarakan kegelisahan mereka terhadap isu-isu sosial melalui lirik-lirik yang tajam dan musik yang menggugah.

Berikut adalah lima band Indonesia yang dikenal karena komitmen mereka terhadap musik kritis dan revolusioner:

  • Efek Rumah Kaca (ERK): Nama Efek Rumah Kaca (ERK) seolah menjadi sinonim dengan isu sosial di Indonesia. Band asal Jakarta ini, yang digawangi Cholil, Poppie, Reza, dan Akbar, dikenal dengan lirik-liriknya yang puitis dan sarat makna, yang mampu menangkap perasaan sakit hati dan kekecewaan publik terhadap berbagai permasalahan sosial yang tak kunjung usai. Lagu-lagu ERK seringkali menjadi soundtrack bagi aksi-aksi demonstrasi dan diskusi-diskusi publik, mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu band paling berpengaruh dalam kancah musik kritis Indonesia. Salah satu karya ERK bahkan berkolaborasi dengan Najwa Shihab dalam program talkshow Mata Najwa dengan menghasilkan karya Seperti Rahim Ibu.
  • Navicula: Band asal Bali ini menawarkan perpaduan unik antara musik rock dengan sentuhan etnik, folk, psychedelic, punk, alternatif, funk, dan blues. Lirik-lirik Navicula sarat dengan pesan-pesan aktivisme, semangat perdamaian, cinta, dan kebebasan. Robi (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass), dan Gembull (drum) adalah formasi Navicula saat ini. Nama Navicula sendiri diambil dari nama sejenis ganggang emas bersel satu yang berbentuk seperti kapal kecil, yang dalam bahasa Latin berarti "kapal kecil". Beberapa lagu mereka yang populer antara lain "Mafia Hukum", "Metropolitan", "Busur Hujan", dan lagu bertema Orang Utan.
  • .Feast: Bagi para pencinta musik rock Tanah Air, .Feast tentu bukan nama yang asing. Band ini dikenal dengan pendekatan kritis mereka terhadap isu-isu sosial, yang tercermin dalam lirik-lirik yang tajam dan musik yang energik. Baskara Putra, Adnan S.P, Dicky Renanda, F. Fikriawan, dan Adrianus Aristo Haryo adalah anggota dari band ini. Pada tanggal 13 Juli 2018, .Feast merilis single utama dari album kedua mereka yang berjudul "Peradaban". Lagu ini dikenal dengan liriknya yang lantang menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan dalam kehidupan sosial.
  • Nosstress: Band folk asal Bali ini dikenal dengan kemampuan mereka dalam merangkai kalimat-kalimat sindiran yang cerdas dan bernas. Dengan musik yang santai namun lirik yang "berisik", Nosstress membahas berbagai isu mulai dari alam, lingkungan, hingga pemikiran para pemangku kebijakan dan kehidupan manusia yang sederhana. Man Angga dan Guna Warma (Kupit), dua personel Nosstress, tidak pernah ambil pusing soal urusan bermusik. Kesederhanaan mereka tercermin dalam album "Lebih Dekat" yang direkam apa adanya dengan menggunakan ponsel.
  • Marjinal: Band punk rock ini terbentuk dari kesamaan pandangan dalam menyikapi kehidupan. Melalui musik mereka, Marjinal berusaha menyampaikan pesan penolakan, penerimaan, dan harapan berdasarkan apa yang mereka rasakan, lihat, dan dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bermodalkan gitar dan jurus tiga kunci, Marjinal menciptakan lagu-lagu yang berangkat dari realitas kehidupan sehari-hari. Awalnya, mereka menamai kelompok ini Anti Military.

Deretan band di atas mewakili gelombang baru musisi yang berani bersuara lantang tentang isu-isu sosial. Mereka melanjutkan tradisi yang telah diukir oleh para pendahulu mereka, seperti Slank, Pas Band, Iwan Fals, Homicide, hingga Ahmad Band, yang pada masanya juga gencar mengkritisi ketidakadilan dan menyuarakan aspirasi rakyat.