Keluhan Warga Soal RDF Rorotan Mencuat, Mediasi Digelar Usai Demo

Mediasi Digelar Pasca-Demonstrasi Terkait RDF Rorotan

Jakarta Utara - Polemik seputar operasional Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan di Jakarta Utara memasuki babak baru. Menyusul aksi demonstrasi yang dilakukan warga pada Jumat (21/03/2025), pihak pengelola RDF Rorotan akhirnya bersedia membuka ruang mediasi dengan perwakilan warga terdampak.

Demonstrasi tersebut merupakan puncak kekesalan warga dari berbagai wilayah seperti Rorotan, Jakarta Garden City (JGC) Cakung, hingga Harapan Indah Bekasi. Mereka mengeluhkan bau busuk menyengat dan polusi asap hitam yang diduga kuat berasal dari proses uji coba pengelolaan sampah di fasilitas RDF tersebut.

Mediasi yang dimulai pada pukul 15.21 WIB tersebut menghadirkan lima perwakilan warga sebagai representasi dari massa aksi yang lebih besar. Di luar gerbang RDF Rorotan, puluhan warga lainnya tetap bertahan, menyuarakan aspirasi mereka dengan lantang. Mereka menolak usulan untuk beristirahat dan memilih untuk terus menyuarakan tuntutan penutupan RDF Rorotan melalui orasi dan nyanyian.

Dampak Lingkungan dan Kesehatan Jadi Sorotan

Uji coba pengelolaan sampah yang dilakukan RDF Rorotan seharusnya menjadi solusi atas permasalahan sampah di Jakarta. Namun, implementasinya justru menuai kontroversi dan keluhan. Warga mengeluhkan dampak negatif yang ditimbulkan, terutama bau busuk yang mengganggu kualitas hidup dan polusi asap hitam yang berpotensi membahayakan kesehatan.

Laporan dari warga menunjukkan bahwa dampak buruk operasional RDF Rorotan sangat signifikan. Tercatat sebelas anak dilaporkan menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), sementara tiga lainnya mengalami infeksi mata. Kasus-kasus ini diduga kuat berkaitan dengan paparan polusi udara yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah di RDF Rorotan. Dampak kesehatan ini menjadi salah satu poin utama yang disuarakan warga dalam aksi demonstrasi dan mediasi.

Tanggapan Pemerintah dan Tuntutan Warga

Sebelumnya, Gubernur Jakarta Pramono Anung telah berupaya meredam kekecewaan warga dengan menemui mereka pada Kamis (20/03/2025). Gubernur menawarkan beberapa solusi, termasuk menanggung biaya pengobatan warga yang terdampak dan menjanjikan perbaikan operasional RDF Rorotan agar tidak lagi menimbulkan bau dan polusi. Akan tetapi, tawaran tersebut dinilai belum memuaskan warga sepenuhnya.

Penolakan terhadap tawaran Gubernur menunjukkan bahwa warga menginginkan solusi yang lebih konkret dan permanen. Tuntutan utama mereka adalah penutupan permanen RDF Rorotan. Warga berpendapat bahwa keberadaan fasilitas tersebut telah mengganggu kualitas hidup dan kesehatan mereka. Mereka juga meragukan efektivitas perbaikan operasional yang dijanjikan pemerintah, mengingat dampak negatif telah dirasakan secara nyata.

Berikut poin tuntutan warga:

  • Penutupan permanen RDF Rorotan.
  • Evaluasi menyeluruh terhadap dampak lingkungan dan kesehatan akibat operasional RDF Rorotan.
  • Penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai bagi warga terdampak.
  • Transparansi informasi terkait proses pengelolaan sampah di RDF Rorotan.

Proses mediasi antara warga dan pengelola RDF Rorotan diharapkan dapat menghasilkan solusi yang adil dan berkelanjutan. Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan dapat mendengarkan aspirasi warga dengan serius dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi permasalahan yang ada. Keluhan warga tentang RDF Rorotan merupakan isu serius yang harus ditangani dengan cepat dan transparan agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih besar kedepannya.