Penurunan Omzet Jasa Penukaran Uang di Blitar: Dampak Ekonomi Nasional dan Kelangkaan Uang?
Jasa Penukaran Uang di Blitar Terpuruk: Faktor Ekonomi dan Kelangkaan Uang Jadi Sorotan
Jelang Hari Raya Idul Fitri, geliat ekonomi yang biasanya terasa di sektor jasa penukaran uang di Kota Blitar, Jawa Timur, justru menunjukkan tren penurunan yang mengkhawatirkan. Para pelaku usaha jasa ini mengeluhkan penurunan omzet yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kondisi ini.
Fenomena ini terlihat jelas dari menyusutnya jumlah lapak penukaran uang yang beroperasi di berbagai lokasi strategis di kota tersebut. Jika tahun lalu Jalan A. Yani hingga Jalan Merdeka dipenuhi setidaknya lima penjaja uang, kini hanya tersisa dua. Kondisi serupa juga terjadi di Jalan Merdeka Barat hingga sekitar Pasar Legi dan Jalan Mastrip, yang biasanya ramai dengan aktivitas serupa.
Mustofa, seorang penjual jasa penukaran uang yang telah lama berjualan di sebelah barat Kantor Wali Kota Blitar, mengungkapkan bahwa penurunan omzet tahun ini sangat drastis. Dengan tarif Rp 15.000 untuk setiap penukaran Rp 100.000, ia harus berbagi hasil dengan pemilik modal. Padahal, tahun lalu, pada pekan pertama Ramadan, omzet hariannya bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta, bahkan meningkat menjadi Rp 10 juta hingga Rp 15 juta pada pekan kedua. Namun, tahun ini, setelah lebih dari 20 hari berjualan, ia hanya mampu mengumpulkan sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per hari.
"Bulan puasa kali ini lesu. Turun drastis dibandingkan tahun lalu," ujarnya dengan nada prihatin.
Mustofa menambahkan bahwa biasanya pada pekan ketiga Ramadan, omzet harian bisa mencapai Rp 20 juta, dan melonjak drastis menjelang Lebaran (H-7) hingga mencapai Rp 50 juta. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang tunai bagi para pemudik untuk memberikan angpau Lebaran kepada sanak saudara.
Namun, tahun ini, tarif jasa penukaran uang mengalami kenaikan dari Rp 10.000 menjadi Rp 15.000 untuk setiap penukaran Rp 100.000. Menurut Mustofa, pemilik modalnya menyebutkan bahwa kelangkaan uang menjadi penyebab kenaikan tarif tersebut. Detail lebih lanjut mengenai kelangkaan ini tidak dijelaskan.
Senada dengan Mustofa, Agustinus, seorang penjual jasa penukaran uang lainnya yang baru memulai usaha di Jalan A. Yani, juga mengeluhkan penurunan omzet. Ia mengaku hanya mendapatkan omzet sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per hari, yang juga turun lebih dari separuh dibandingkan tahun lalu.
Baik Mustofa maupun Agustinus sepakat bahwa penurunan omzet penjualan jasa penukaran uang disebabkan oleh lesunya perekonomian nasional. Namun, faktor lain seperti kelangkaan uang juga diduga turut memengaruhi kondisi ini.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Omzet:
- Lesunya Perekonomian Nasional: Daya beli masyarakat yang menurun akibat kondisi ekonomi yang kurang stabil.
- Kelangkaan Uang: Ketersediaan uang tunai yang terbatas, sehingga memengaruhi tarif jasa penukaran uang.
- Persaingan dengan Layanan Digital: Semakin banyak masyarakat yang beralih ke transaksi digital, mengurangi kebutuhan akan uang tunai.
- Perubahan Kebiasaan Masyarakat: Perubahan gaya hidup dan preferensi masyarakat dalam memberikan hadiah Lebaran.
Penurunan omzet jasa penukaran uang ini menjadi sinyal peringatan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Kota Blitar. Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu melakukan evaluasi dan memberikan solusi agar sektor ini dapat bertahan dan kembali bergairah. Selain itu, perlu adanya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dan memanfaatkan layanan keuangan yang bijak.
Kondisi ini juga menjadi refleksi bagi perekonomian secara umum. Upaya pemulihan ekonomi yang berkelanjutan perlu terus dilakukan agar daya beli masyarakat meningkat dan sektor-sektor usaha, termasuk jasa penukaran uang, dapat kembali tumbuh dan berkembang.