Bencana Longsor Kupang: Empat Rumah Tertimbun, 150 Jiwa Mengungsi
Bencana Longsor Kupang: Empat Rumah Tertimbun, 150 Jiwa Mengungsi
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu, 2 Maret 2025, telah mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan memaksa ratusan warga mengungsi. Awalnya dilaporkan hanya dua rumah yang terdampak, namun data terbaru dari Kepolisian Daerah NTT menyebutkan bahwa empat rumah warga telah terkubur sepenuhnya oleh material longsor. Rumah-rumah tersebut milik Anika Wadu Nawa, Adam Tapatap, Wasty Tapatap, dan Selfina Tapatab. Kondisi ini semakin memprihatinkan mengingat potensi ancaman longsor masih mengintai beberapa rumah lainnya, termasuk milik Marthen Tapatab, Stefanus Tapatab, Marta Tapatab, Akab Tapatab, dan Lasarus Tapatab. Pihak berwenang terus memantau situasi dan melakukan langkah antisipatif untuk mencegah meluasnya dampak bencana.
Sebanyak 33 kepala keluarga (KK) atau sekitar 150 jiwa, terdiri dari lansia, orang dewasa, anak-anak, dan balita, terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi di Aula Kantor Kecamatan Takari. Pemerintah Kabupaten Kupang melalui Dinas Sosial telah bergerak cepat dengan menyalurkan bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi. Bantuan makanan tiga kali sehari telah disalurkan dan dikelola oleh warga setempat. Selain itu, 25 kasur lipat dan satu unit toilet portable telah disediakan di lokasi pengungsian, meskipun toilet portable tersebut belum digunakan. Bantuan tambahan berupa 10 dus (100 bungkus) makanan cepat saji juga telah dikirim, menunggu arahan lebih lanjut untuk pendistribusiannya. Kehadiran Kapolsek Takari, Ipda Fardan Adi Nugroho, beserta anggotanya di lokasi pengungsian turut memberikan dukungan moril dan membantu penyaluran bantuan makanan siang dari Dinas Sosial. Layanan kesehatan pun telah tersedia bagi para pengungsi melalui kerjasama dengan Kepala Puskesmas Takari dan tenaga kesehatan setempat. Pengungsi yang mengalami masalah kesehatan dapat langsung memeriksakan diri di lokasi pengungsian. Upaya kolaboratif antara kepolisian, pemerintah daerah, dan tenaga kesehatan ini menjadi kunci penting dalam penanganan darurat bencana ini.
Situasi di lokasi bencana terus dipantau ketat oleh aparat terkait. Penanganan pasca-bencana ini menuntut langkah cepat dan terkoordinir untuk memastikan keselamatan warga dan mencegah potensi dampak yang lebih besar. Selain penanganan darurat, langkah-langkah jangka panjang, seperti evaluasi terhadap kerentanan wilayah terhadap bencana alam dan upaya mitigasi bencana perlu menjadi perhatian serius guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Kerjasama dan kepedulian seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk membantu para korban longsor ini. Kesiapsiagaan dan kesiapan menghadapi bencana alam menjadi penting untuk mengurangi dampak buruk dan meminimalkan korban jiwa.