Revitalisasi Food Estate: Mentan Amran Tekankan Pendekatan Holistik dan Modernisasi Pertanian

Revitalisasi Food Estate: Mentan Amran Tekankan Pendekatan Holistik dan Modernisasi Pertanian

Palangka Raya, Kalimantan Tengah - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan perubahan signifikan dalam pengelolaan food estate di Indonesia. Usai rapat koordinasi di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Amran menyatakan bahwa pengelolaan food estate kini dilakukan secara holistik, berbeda dengan pendekatan parsial yang diterapkan sebelumnya.

"Dulu tidak holistik. Sekarang dikelola secara holistik," tegas Amran, menekankan bahwa pendekatan komprehensif merupakan kunci keberhasilan proyek strategis ini. Kegagalan di masa lalu, menurutnya, disebabkan oleh kurangnya integrasi dan koordinasi antar sektor.

Transformasi Pertanian: Dari Tradisional ke Modern

Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini fokus pada transformasi besar-besaran dari sistem pertanian tradisional menuju pertanian modern dalam program food estate. Inisiatif ini mencakup penyediaan alat-alat pertanian modern seperti traktor, alat panen, serta fasilitas penyimpanan dan pergudangan yang memadai.

"Kami lakukan besar-besaran. Jadi pertanian tradisional menjadi modern. (Pemberian) alat traktor, alat panen, penyimpanan, gudangnya, lengkap," jelas Amran. Proses transformasi ini, diakui Mentan, membutuhkan waktu dan investasi berkelanjutan.

Belajar dari Kegagalan Masa Lalu

Amran sebelumnya telah mengidentifikasi pendekatan parsial sebagai penyebab utama kegagalan proyek food estate di masa lalu. Hal ini diungkapkan saat menerima Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie.

"Kenapa gagal food estate? Kenapa gagal (cetak sawah) sejuta hektar? Kenapa gagal semua? Karena pendekatannya parsial, enggak holistik," ujarnya kala itu.

Contoh yang diangkat adalah proyek food estate di Merauke, Papua Selatan, dimana lahan luas (1.000-10.000 hektar per keluarga) dibuka tanpa memberikan pendampingan teknis dan teknologi yang memadai. Kondisi ini, menurut Amran, tidak akan menghasilkan kemajuan yang berarti.

"Kita datang, kemudian ditinggal tanpa teknologi, ya 50 tahun enggak selesai," tegasnya.

Solusi: Holistik, Modernisasi, dan Keterlibatan Generasi Muda

Untuk menghindari kegagalan serupa, Amran menekankan pentingnya transformasi pertanian dari tradisional ke modern.

"Makanya gagasan kami, agar food estate tidak gagal, maka perlu transformasi dari tradisional ke modern. Ini optimasi lahan, ada milenial dan teknologi, teknologi masuk," pungkasnya. Dengan mengoptimalkan lahan, melibatkan generasi muda (milenial), dan menerapkan teknologi pertanian terkini, Mentan Amran optimis food estate dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ketahanan pangan nasional.

Rincian Program Food Estate

Program food estate yang digagas oleh Kementerian Pertanian memiliki beberapa rincian penting untuk mendukung keberhasilan transformasi pertanian. Beberapa rincian tersebut antara lain:

  • Penyediaan Infrastruktur: Pembangunan dan perbaikan infrastruktur pendukung pertanian, seperti irigasi, jalan, dan jembatan.
  • Pendampingan Petani: Pemberian pelatihan dan pendampingan teknis kepada petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bercocok tanam modern.
  • Akses Pembiayaan: Memfasilitasi akses petani terhadap pembiayaan modal kerja dan investasi melalui program kredit pertanian.
  • Pengembangan Produk Unggulan: Fokus pada pengembangan komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar yang besar.
  • Pemanfaatan Teknologi: Penerapan teknologi pertanian modern, seperti penggunaan drone untuk pemetaan lahan dan penyemprotan pupuk, serta sistem informasi pertanian untuk memantau perkembangan tanaman dan kondisi pasar.

Dengan pendekatan holistik dan implementasi program yang terstruktur, Kementerian Pertanian berharap food estate dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.