Liga Arab Dukung Rekonstruksi Gaza di Bawah Pemerintahan Palestina, Berseberangan dengan Kebijakan AS

Liga Arab Dukung Rekonstruksi Gaza di Bawah Pemerintahan Palestina, Berseberangan dengan Kebijakan AS

Para pemimpin negara-negara Arab secara tegas menyatakan dukungannya terhadap rencana rekonstruksi Jalur Gaza di bawah kendali penuh Otoritas Palestina. Keputusan ini diambil dalam KTT Liga Arab di Kairo, dan menunjukkan sikap yang kontras dengan kebijakan pemerintahan Amerika Serikat yang sebelumnya telah diutarakan oleh Presiden Donald Trump. Trump, yang telah menyatakan niatnya untuk 'mengambil alih' proses pembangunan kembali Gaza, juga memiliki rekam jejak yang menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel, termasuk penutupan kantor penghubung Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington selama masa jabatan pertamanya. Pernyataan dukungan Liga Arab ini pun muncul di tengah ketegangan geopolitik yang kompleks dan perbedaan pandangan yang signifikan mengenai masa depan Palestina.

Meskipun dukungan kuat dari Liga Arab telah diberikan, Otoritas Palestina sendiri masih belum memberikan pernyataan resmi terkait rencana rekonstruksi ini. Hal ini disebabkan oleh posisi Israel yang secara konsisten mengesampingkan peran Otoritas Palestina di Gaza. Situasi ini menimbulkan tantangan besar dalam upaya merealisasikan rencana rekonstruksi yang telah disepakati tersebut. KTT Liga Arab di Kairo membahas secara mendalam “rencana Arab yang komprehensif” untuk Palestina, dan menyerukan dukungan penuh dari komunitas internasional dalam upaya ini. Lebih jauh lagi, KTT tersebut menekankan pentingnya kesatuan Palestina di bawah payung PLO, sebuah kelompok politik dominan di Otoritas Palestina yang tidak termasuk Hamas. Hal ini menunjukkan keinginan Liga Arab untuk mendorong konsolidasi kekuatan Palestina dalam menghadapi tantangan rekonstruksi dan perdamaian.

Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, para pemimpin Arab mengumumkan pembentukan dana perwalian untuk membiayai proyek rekonstruksi Gaza. Mereka juga menyatakan akan aktif mencari komitmen pendanaan dari negara-negara donor dan lembaga keuangan internasional. Proses penggalangan dana ini diharapkan mampu mengumpulkan sumber daya yang cukup untuk merealisasikan rencana ambisius tersebut. Dalam pertemuan tersebut, ditekankan bahwa upaya rekonstruksi ini akan berjalan seiringan dengan upaya diplomasi untuk mencapai solusi politik yang adil dan langgeng bagi konflik Palestina-Israel. Namun, hal ini jelas bertentangan dengan pandangan dari pihak Israel yang hingga saat ini belum menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi secara serius.

Reaksi positif terhadap keputusan Liga Arab datang dari warga Gaza sendiri yang menyambut baik “keputusan Palestina untuk membentuk komite pemerintahan Gaza di bawah payung pemerintah Palestina.” Dukungan ini merefleksikan harapan masyarakat Gaza terhadap terciptanya stabilitas dan pembangunan di wilayah mereka. Sementara itu, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dalam komentarnya, menekankan pentingnya memastikan warga Palestina tetap berada di tanah mereka. Ia dengan hati-hati menghindari kritik langsung terhadap Trump, tetapi menyampaikan keyakinan bahwa Presiden Trump mampu mewujudkan solusi yang adil. Langkah selanjutnya yang diambil oleh Mesir adalah berupaya menggalang dukungan negara-negara Muslim dalam pertemuan puncak darurat para menteri luar negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jeddah. Mesir bertekad untuk menjadikan rencana rekonstruksi ini sebagai sebuah agenda Arab dan Islam secara menyeluruh.

Meskipun penuh tantangan, dukungan kuat Liga Arab untuk rekonstruksi Gaza di bawah Otoritas Palestina menandai sebuah babak baru dalam upaya menciptakan perdamaian dan pembangunan di wilayah tersebut. Namun, realisasi rencana ini akan sangat bergantung pada kerja sama internasional dan penyelesaian perbedaan pandangan yang ada antara pihak-pihak terkait, terutama dengan memperhatikan penolakan dari pihak Israel terhadap peran Otoritas Palestina.