Efek 'White Lotus': Popularitas Thailand Meroket, Ancaman Overtourism Mengintai
Serial drama komedi HBO, The White Lotus, kembali mengguncang dunia pariwisata. Setelah sukses memikat penonton dengan latar Hawaii dan Sisilia, musim ketiga serial ini berlatar di Thailand, menampilkan keindahan alam dan budaya negara tersebut. Dampaknya? Peningkatan tajam minat wisatawan yang berpotensi memicu overtourism atau pariwisata berlebihan.
The White Lotus Effect, sebuah istilah yang lahir dari fenomena ini, menggambarkan bagaimana serial tersebut secara langsung memengaruhi keputusan penonton untuk mengunjungi lokasi syuting. Data menunjukkan lonjakan signifikan dalam minat terhadap Koh Samui, lokasi utama pengambilan gambar musim ketiga. Expedia melaporkan peningkatan pencarian hingga 370% dari wisatawan Hong Kong, diikuti oleh Singapura (115%), Amerika Serikat (95%), dan Australia (70%). Trip.com mencatat peningkatan pemesanan penerbangan dan hotel ke Koh Samui hampir 30% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan wisatawan dari Jerman, Inggris, dan Prancis menjadi kontributor utama.
Dampak Ekonomi dan Sentimen Publik
Gelombang popularitas ini membawa berkah bagi sektor pariwisata Thailand. Firma analisis media sosial Sprout Social mengungkapkan peningkatan penyebutan tentang Thailand di media sosial sebesar 60% dalam tiga hari sebelum dan sesudah penayangan perdana musim ketiga. Secara keseluruhan, Thailand disebut sebanyak 1.385.000 kali di berbagai platform, dengan sentimen positif mendominasi (85%). Kenaikan tarif kamar per malam di Koh Samui sebesar 28% dibandingkan tahun lalu semakin mengukuhkan peningkatan permintaan.
Dilema Overtourism
Namun, euforia ini dibayangi kekhawatiran akan overtourism. Pengalaman di destinasi populer lainnya seperti Bali dan Venesia menunjukkan bahwa lonjakan wisatawan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, gangguan terhadap kehidupan sosial masyarakat setempat, dan erosi budaya. Thailand kini berada di persimpangan jalan: memanfaatkan popularitas The White Lotus untuk meningkatkan pendapatan pariwisata, atau mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah dampak negatif overtourism.
Strategi Pariwisata Berkelanjutan
Untuk menghindari nasib serupa, Thailand perlu mengadopsi strategi pariwisata yang lebih berkelanjutan. Beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Diversifikasi Destinasi: Mendorong wisatawan untuk menjelajahi daerah-daerah yang kurang dikenal di Thailand, mengurangi tekanan pada destinasi populer.
- Pariwisata Berbasis Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, memastikan bahwa manfaat ekonomi didistribusikan secara merata dan budaya lokal dilestarikan.
- Pembatasan Jumlah Pengunjung: Menerapkan kuota pengunjung di lokasi-lokasi yang sensitif secara ekologis, menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang.
- Promosi Pariwisata Bertanggung Jawab: Mengedukasi wisatawan tentang praktik-praktik pariwisata yang berkelanjutan, seperti mengurangi sampah plastik dan menghormati adat istiadat lokal.
The White Lotus Effect adalah pengingat kuat tentang kekuatan media dalam membentuk tren pariwisata. Thailand kini memiliki peluang untuk memanfaatkan popularitasnya secara bertanggung jawab, memastikan bahwa keindahan alam dan kekayaan budayanya tetap lestari bagi wisatawan dan masyarakat lokal.
Representasi Budaya dan Tanggung Jawab
Musim ketiga The White Lotus tidak hanya menampilkan keindahan visual Thailand, tetapi juga menyelami tema-tema spiritualitas Timur dan eksplorasi budaya. Integrasi budaya Thailand ke dalam alur cerita mendapat pujian, namun juga memunculkan pertanyaan tentang representasi yang akurat dan sensitif. Industri pariwisata dan media memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa budaya lokal diperlakukan dengan hormat dan tidak dikomersialisasikan secara berlebihan.
Dengan perencanaan yang matang dan komitmen terhadap pariwisata berkelanjutan, Thailand dapat menavigasi White Lotus Effect dan menuai manfaat ekonomi tanpa mengorbankan lingkungan dan warisan budayanya.