Kisah Bijak Mat Solar: Investasi Masa Depan Menjamin Ekonomi Keluarga di Tengah Badai Kesehatan
Aktor senior Nasrullah, yang lebih dikenal dengan nama panggung Mat Solar, telah lama meninggalkan dunia hiburan yang membesarkan namanya. Keputusan pensiun dini sebelum vonis stroke pada tahun 2017, ternyata menjadi langkah bijak yang membuahkan hasil manis bagi keluarganya.
-
Pensiun Dini dan Investasi Jitu
Menurut penuturan Haidar, putra bungsu Mat Solar, sang ayah memilih untuk berhenti berakting setelah menamatkan sinetron populer "Tukang Bubur Naik Haji" sekitar tahun 2012-2013. Bukan tanpa alasan, Mat Solar merasa lelah dengan rutinitas syuting yang padat. Namun, yang lebih penting, hasil kerja kerasnya selama lebih dari tiga dekade di industri hiburan (1982-2013) telah diinvestasikan dengan cermat. Aset-aset yang dikumpulkan menjadi penopang ekonomi keluarga, bahkan ketika Mat Solar harus berjuang melawan penyakit stroke.
-
Gaya Hidup Sederhana, Pilar Kekuatan Finansial
Haidar mengungkapkan bahwa gaya hidup sederhana yang diterapkan Mat Solar menjadi kunci utama kestabilan finansial keluarga. "Nggak pernah foya-foya, beli mahal-mahal nggak pernah," ujarnya. Alih-alih menghambur-hamburkan uang, Mat Solar memilih untuk berinvestasi pada tanah, yang kemudian diputar kembali untuk menghasilkan keuntungan. Kebijaksanaan ini terbukti ampuh, terutama saat Mat Solar jatuh sakit dan tidak lagi mampu bekerja.
Berkat perencanaan keuangan yang matang, biaya pengobatan Mat Solar dapat terpenuhi dengan baik tanpa harus menjual aset keluarga. Hal ini tentu menjadi bukti nyata bahwa investasi yang tepat dapat memberikan perlindungan finansial di masa sulit.
-
Sengketa Tanah dan Akhir yang Bahagia
Di tengah cobaan penyakit yang diderita Mat Solar, keluarga juga harus menghadapi masalah sengketa tanah seluas 1.300 m2 yang terkena proyek pembangunan tol Cinere-Serpong. Tanah tersebut seharusnya mendapatkan ganti rugi sebesar Rp 3,3 miliar. Ironisnya, hingga Mat Solar menghembuskan napas terakhir pada 17 Maret 2025, uang ganti rugi tersebut belum diterima karena masih dalam sengketa dengan pemilik sebelumnya, Haji Idris.
Namun, tiga hari setelah kepergian Mat Solar, kabar baik akhirnya datang. Pihak Haji Idris dan keluarga Mat Solar sepakat untuk berdamai. Perjanjian perdamaian ditandatangani di kantor kuasa hukum Muhammad Idris, Endang, di kawasan BSD, Tangerang pada 20 Maret 2025. Putra sulung Mat Solar, Idham Aulia, turut hadir mewakili keluarga.
Endang menjelaskan bahwa nilai tanah yang disengketakan mencapai Rp 3,3 miliar dan uang tersebut dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten. Setelah perjanjian perdamaian ditandatangani, permohonan pencairan dana konsinyasi diajukan ke PN Tangerang pada 21 Maret 2025. Proses pencairan dana ini menjadi babak akhir dari perjuangan keluarga Mat Solar untuk mendapatkan hak mereka.
Kisah Mat Solar ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya perencanaan keuangan yang matang dan gaya hidup sederhana. Investasi yang tepat dapat memberikan perlindungan finansial di masa sulit, terutama saat menghadapi masalah kesehatan yang tak terduga.