Kisah Pilu Mak Jah: Perempuan Tangguh Penjaga Terakhir Kampung Tenggelam di Demak
Kisah Pilu Mak Jah: Perempuan Tangguh Penjaga Terakhir Kampung Tenggelam di Demak
Di tengah ancaman abrasi yang kian mengganas di pesisir Demak, Jawa Tengah, terselip sebuah kisah tentang keteguhan dan cinta pada tanah kelahiran. Adalah Mak Jah, atau yang bernama lengkap Pasijah, seorang perempuan berusia 56 tahun yang menjadi penghuni terakhir Dukuh Rejosari Senik, Desa Bedono, Kecamatan Sayung. Kampung halamannya itu kini telah lama tenggelam akibat banjir rob dan abrasi.
Dulu, Rejosari Senik merupakan perkampungan yang ramai dengan ratusan keluarga. Namun, air laut yang terus naik memaksa warga untuk mengungsi dan mencari tempat tinggal baru yang lebih aman. Satu per satu rumah ditinggalkan, kenangan perlahan terkubur di bawah air. Di saat semua orang memilih pergi, Mak Jah justru mengambil pilihan yang berbeda. Ia memilih bertahan, berjuang menjaga apa yang tersisa dari kampung halamannya.
Alasan di Balik Keteguhan
Bukan tanpa alasan Mak Jah tetap bertahan di Rejosari Senik. Faktor ekonomi menjadi pertimbangan utama. Bersama suami dan kedua anaknya yang belum menikah, Mak Jah menggantungkan hidup dari hasil laut. Rumahnya, yang kini dikelilingi air, adalah sumber penghidupannya. Ia enggan direlokasi karena khawatir akan kehilangan mata pencahariannya.
"Mak Jah untuk direlokasi sangat berat karena dengan adanya tempat tinggal yang jauh dari mata pencaharian Mak Jah amat sangat keberatan," ungkap Agus Salim, Kepala Desa Bedono, menirukan ucapan Mak Jah. Agus menambahkan, untuk pindah, Mak Jah harus menyediakan lahan dan membangun rumah baru, sesuatu yang sulit ia lakukan.
Selain faktor ekonomi, ada alasan lain yang membuat Mak Jah enggan meninggalkan Rejosari Senik. Ia memiliki keyakinan kuat bahwa kampung halamannya akan kembali berjaya. Sejak tahun 2000, Mak Jah telah menanam mangrove di sekitar rumahnya sebagai upaya untuk menahan abrasi. Ia berharap, dengan adanya pembangunan jalan tol Semarang-Demak Seksi 1, jalan provinsi yang melintasi kawasan tersebut akan kembali dibangun dan menghidupkan kembali Rejosari Senik.
Harapan di Tengah Keputusasaan
Namun, kenyataan pahit terus menghantui. Abrasi terus menggerus daratan, merusak hutan mangrove, dan menghancurkan tambak-tambak warga. Gelombang pasang air laut semakin sering menerjang, membuat hidup Mak Jah dan keluarganya semakin sulit. Meski demikian, Mak Jah tidak menyerah. Ia terus merawat mangrove yang telah ditanamnya, berharap tanaman tersebut dapat menjadi benteng terakhir bagi kampung halamannya.
Kisah Mak Jah adalah potret nyata dari dampak perubahan iklim dan abrasi terhadap masyarakat pesisir. Ia adalah simbol keteguhan, harapan, dan cinta pada tanah kelahiran di tengah ancaman yang terus mengintai. Kisahnya menggugah kesadaran kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan membantu masyarakat yang rentan terhadap bencana alam.
Dampak Abrasi di Desa Bedono
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Demak tahun 2000, luasan abrasi di Desa Bedono mencapai 684 hektare, yang terparah dibandingkan desa-desa lain di sekitarnya. Abrasi telah menyebabkan banyak warga kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Sejak tahun 1996, banjir rob terus menerjang Desa Bedono, menenggelamkan Dukuh Rejosari Senik dan Dukuh Tambaksari.
- 1999: 65 KK dari Dusun Tambaksari direlokasi ke Desa Purwosari.
- 2006: 201 KK dari Dusun Rejosari Senik direlokasi ke Desa Sidogemah dan Desa Gemulak.
- 2022: Dukuh Mondoliko direlokasi ke Desa Dombo, Kecamatan Sayung.
Meski demikian, beberapa pedukuhan di Desa Bedono masih dihuni oleh warga yang memilih bertahan. Salah satunya adalah Dukuh Bedono, yang memiliki tutupan vegetasi mangrove yang cukup baik sehingga masih relatif aman dari abrasi.
Upaya Pelestarian Mangrove
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sayidi mengatakan, sebagian Dukuh Bedono masih bisa ditempati karena terlindung oleh tanaman mangrove. Namun, ia mengakui bahwa gelombang pasang air laut terus menerjang kawasan tersebut, menyebabkan kerusakan hutan mangrove dan merusak tambak-tambak warga.
Sayidi dan keluarganya kini memiliki tempat tinggal lain di dekat Demak kota yang dirasa aman. Namun, ia sering mengunjungi rumah lamanya di Dukuh Bedono ketika gelombang air laut surut, untuk tinggal sementara dan memetik mangrove sebagai bahan pembuatan produk UMKM.
Upaya pelestarian mangrove menjadi kunci untuk melindungi wilayah pesisir dari abrasi. Selain itu, perlu adanya solusi yang komprehensif untuk membantu masyarakat yang terdampak abrasi, seperti relokasi yang layak, penyediaan mata pencaharian alternatif, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Daftar Kata Kunci Penting:
- Mak Jah
- Abrasi
- Demak
- Kampung Tenggelam
- Rob
- Mangrove
- Relokasi
- Desa Bedono
- Perubahan Iklim
- Masyarakat Pesisir