Kepala BGN Soroti Gizi Buruk sebagai Faktor Penghambat Prestasi Sepak Bola Nasional

Gizi Buruk Ancam Produktivitas SDM Indonesia, Pengaruhi Performa Timnas?

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyoroti masalah gizi yang kronis di kalangan masyarakat miskin dan rentan miskin di Indonesia. Ia menekankan bahwa masalah ini bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga berpotensi menghambat produktivitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan, bahkan mempengaruhi prestasi olahraga nasional.

Dalam sambutannya pada acara Penandatanganan MoU di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Dadan mengungkapkan kegelisahan Presiden terkait rendahnya asupan gizi seimbang pada kelompok masyarakat kurang mampu. Mayoritas dari mereka, menurut Dadan, hanya mengonsumsi makanan yang didominasi karbohidrat seperti nasi, gorengan, mie instan, dan kerupuk. Pola makan ini, meskipun mengenyangkan, tidak memenuhi kebutuhan gizi esensial untuk tumbuh kembang optimal.

"Pak Presiden gelisah. Kalau kita tidak intervensi, kelompok ini, 60% tidak pernah melihat menu dengan gizi seimbang," ujarnya, menggambarkan kondisi yang memprihatinkan.

Dampak Jangka Panjang Kurangnya Gizi

Dadan menjelaskan bahwa kekurangan gizi kronis pada anak-anak dapat berdampak negatif pada kualitas tenaga kerja di masa depan. Anak-anak yang kurang gizi berpotensi memiliki kemampuan kognitif dan fisik yang kurang optimal, sehingga sulit bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif.

"Kita khawatir tenaga kerja produktif ini berkualitas rendah," tegasnya.

Ia bahkan mengaitkan masalah gizi ini dengan performa tim nasional sepak bola Indonesia (Timnas). Menurutnya, stamina dan kecerdasan yang dibutuhkan untuk bermain sepak bola selama 90 menit sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang baik.

"Jangan heran kalau PSSI itu sulit menang karena main 90 menit berat. Kenapa? Karena gizinya tidak bagus dan banyak pemain bola lahir dari kampung," ujarnya, meski disampaikannya dengan nada berkelakar.

Asa pada Program Makan Bergizi Gratis

Meski demikian, Dadan mengakui bahwa performa Timnas saat ini mulai membaik dengan kehadiran pemain naturalisasi yang berasal dari negara-negara dengan tingkat gizi yang lebih baik.

"Sekarang PSSI sudah agak baik karena 17 pemainnya merupakan produk makan bergizi di Belanda, meskipun belum mampu mengalahkan Australia dan Jepang. Apalagi Jepang yang makan bergizinya sudah 100 tahun, IQ rata-rata tertinggi di dunia di Jepang," katanya.

Untuk mengatasi masalah gizi kronis ini, Dadan sangat berharap pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Program ini menargetkan 82,9 juta penerima, mulai dari ibu hamil, balita, hingga siswa SMA. Dadan meyakini bahwa investasi besar-besaran di bidang gizi ini akan menghasilkan SDM berkualitas tinggi yang siap menghadapi tantangan di masa depan.

"Kita berharap dengan program makan bergizi yang akan mencakup 82,9 juta ini, mulai dari ibu hamil, anak balita, sampai anak SMA itu memiliki hal strategis. Karena kita harapkan dengan investasi besar-besaran pemerintah RI akan dihasilkan SDM berkualitas 2045," pungkasnya.

Berikut adalah poin-poin penting yang disampaikan Kepala BGN:

  • Masalah gizi buruk di kalangan masyarakat miskin dan rentan miskin masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
  • Kekurangan gizi kronis dapat menghambat produktivitas SDM di masa depan.
  • Asupan gizi yang baik sangat penting untuk performa olahraga, termasuk sepak bola.
  • Program Makan Bergizi Gratis diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia.