Tawasul dalam Islam: Mendekatkan Diri kepada Allah Melalui Perantara yang Dibolehkan
Dalam tradisi Islam, tawasul merupakan sebuah konsep yang seringkali disalahpahami. Secara sederhana, tawasul dapat diartikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara (wasilah) yang dibenarkan syariat. Praktik ini muncul dari kesadaran seorang hamba akan kelemahan dirinya di hadapan Allah, sehingga ia membutuhkan perantara untuk menyampaikan doanya. Perasaan ini muncul ketika seseorang merasa diri penuh dosa dan tidak layak mendapat pengampunan.
Namun, penting untuk dipahami bahwa tawasul bukanlah menyembah atau meminta kepada selain Allah. Tawasul adalah memohon kepada Allah melalui kedudukan atau kemuliaan orang-orang yang dicintai-Nya, seperti para nabi, rasul, wali, dan orang-orang saleh. Tujuan utamanya adalah agar doa kita lebih mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
Landasan Tawasul dalam Islam
Tawasul memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam surah Al-Maidah ayat 35, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Ayat ini secara jelas memerintahkan kita untuk mencari wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada Allah. Para ulama tafsir sepakat bahwa wasilah di sini mencakup segala amal saleh yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, termasuk berdoa melalui perantaraan orang-orang saleh.
Rasulullah SAW sendiri juga menganjurkan umatnya untuk bertawasul. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, seorang sahabat buta datang kepada Rasulullah SAW dan meminta didoakan agar Allah menyembuhkan matanya. Rasulullah SAW kemudian mengajarkan doa yang di dalamnya terdapat tawasul kepada Nabi Muhammad SAW:
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan bertawasul kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku bertawasul denganmu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar Engkau mengabulkannya untukku. Ya Allah, terimalah syafaatnya untukku."
Sahabat tersebut kemudian membaca doa tersebut dan Allah SWT mengembalikan penglihatannya.
Jenis-Jenis Tawasul yang Dibolehkan
Para ulama membagi tawasul menjadi beberapa jenis, di antaranya:
- Tawasul dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah (Asmaul Husna): Ini adalah jenis tawasul yang paling utama, yaitu berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Contohnya, "Ya Allah Yang Maha Pengasih, kasihanilah aku..."
- Tawasul dengan amal saleh: Bertawasul dengan menyebut amal-amal saleh yang pernah kita lakukan dengan ikhlas. Contohnya, "Ya Allah, dengan amal salehku berupa shalat malam yang aku lakukan karena-Mu, kabulkanlah doaku..."
- Tawasul dengan doa orang saleh yang masih hidup: Meminta orang saleh yang masih hidup untuk mendoakan kita. Ini adalah jenis tawasul yang disepakati kebolehannya oleh para ulama.
- Tawasul dengan kedudukan atau kemuliaan orang-orang saleh yang telah meninggal: Bertawasul dengan menyebut kedudukan atau kemuliaan para nabi, rasul, wali, dan orang-orang saleh yang telah meninggal. Jenis tawasul ini masih diperselisihkan oleh para ulama, namun mayoritas ulama membolehkannya dengan syarat tidak meyakini bahwa orang-orang tersebut dapat memberikan manfaat atau mudharat secara langsung.
Batasan-Batasan dalam Tawasul
Penting untuk diingat bahwa tawasul memiliki batasan-batasan yang harus diperhatikan agar tidak terjerumus ke dalam kesyirikan:
- Tidak boleh meyakini bahwa perantara memiliki kekuatan untuk mengabulkan doa. Hanya Allah SWT yang memiliki kekuatan untuk mengabulkan doa.
- Tidak boleh menyembah atau meminta kepada selain Allah. Tawasul hanyalah perantara, bukan tujuan utama.
- Tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan bid'ah atau khurafat dalam bertawasul. Tawasul harus dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah.
Kesimpulan
Tawasul adalah upaya yang dibenarkan dalam Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara yang dibolehkan syariat. Dengan memahami konsep dan batasan-batasan tawasul, kita dapat berdoa kepada Allah dengan lebih khusyuk dan penuh keyakinan. Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, mari kita perbanyak tawasul dan memohon ampunan serta pertolongan Allah dengan penuh keyakinan. Kita memohon kepada Allah agar kita semua diberikan kemudahan dan keberkahan. Aamiin.