Curah Hujan Tinggi Picu Longsor, Akses ke Desa Wisata Wae Rebo Kembali Ditutup
Hujan deras yang terus mengguyur wilayah Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), memaksa penutupan kembali jalur pendakian menuju Desa Wisata Wae Rebo. Keputusan ini diambil menyusul terjadinya tanah longsor yang signifikan di sepanjang jalur vital tersebut, mengkhawatirkan keselamatan para wisatawan dan warga setempat.
Ketua Lembaga Pelestari Budaya Wae Rebo, Mikael Tonso, mengkonfirmasi penutupan tersebut. "Jalur pendakian ditutup total karena longsor," ujarnya, seraya menambahkan bahwa kondisi cuaca ekstrem masih terus berlangsung. Intensitas hujan yang tinggi menjadi perhatian utama, memicu potensi longsor susulan dan membahayakan siapapun yang nekat melintas.
Penutupan ini merupakan yang kedua kalinya dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, Desa Wae Rebo sempat ditutup untuk kunjungan wisata sejak 18 Januari hingga 9 Maret 2025, akibat cuaca buruk yang melanda wilayah tersebut. Hujan lebat disertai angin kencang dan longsor di beberapa titik jalan menuju desa menjadi alasan utama penutupan saat itu. Meskipun sempat dibuka kembali pada 10 Maret, kondisi cuaca yang belum stabil memaksa pengelola untuk kembali mengambil langkah preventif.
Wae Rebo, yang terletak di pegunungan terpencil di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Manggarai, merupakan destinasi wisata yang sangat populer. Desa ini berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, membuatnya sering disebut sebagai "surga di atas awan." Daya tarik utama Wae Rebo terletak pada keindahan alamnya yang memukau, serta keunikan budaya dan arsitektur tradisionalnya.
Untuk mencapai Wae Rebo, wisatawan harus melakukan trekking sejauh lima kilometer melalui jalur pegunungan yang menantang. Perjalanan ini akan terbayar lunas setibanya di desa, di mana terdapat tujuh rumah adat ikonik yang dikenal sebagai Mbaru Niang. Rumah-rumah adat ini memiliki bentuk kerucut yang unik dan menjadi simbol budaya yang sangat penting bagi masyarakat Wae Rebo.
Selain arsitektur tradisional, Wae Rebo juga menawarkan pengalaman budaya yang kaya dan otentik. Wisatawan dapat berinteraksi dengan masyarakat setempat, belajar tentang adat istiadat mereka, dan merasakan keramahan yang tulus. Keindahan alam yang masih alami juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang mencari ketenangan dan kedamaian.
Saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai kapan jalur pendakian menuju Wae Rebo akan dibuka kembali. Pihak pengelola terus memantau kondisi cuaca dan melakukan perbaikan di area yang terdampak longsor. Wisatawan yang berencana mengunjungi Wae Rebo disarankan untuk terus memantau informasi terbaru dari sumber-sumber resmi, demi keselamatan dan kelancaran perjalanan.
Daftar Daya Tarik Utama Desa Wae Rebo:
- Mbaru Niang: Tujuh rumah adat berbentuk kerucut yang menjadi ikon desa.
- Keindahan Alam: Pemandangan pegunungan yang memukau dan udara segar.
- Budaya Otentik: Kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat dan mempelajari adat istiadat mereka.
- Keramahan Warga: Pengalaman menyambut yang hangat dan tulus dari penduduk desa.
- Trekking Menantang: Perjalanan mendaki yang menawarkan pemandangan yang spektakuler.
Penutupan sementara ini diharapkan dapat memberikan waktu bagi alam untuk memulihkan diri dan bagi pengelola untuk memastikan keamanan jalur pendakian. Dengan demikian, Wae Rebo dapat terus menjadi destinasi wisata yang aman, nyaman, dan lestari bagi generasi mendatang.