Ruang Literasi: Transformasi Rumah Pribadi di Sleman Menjadi Oase Baca untuk Masyarakat
Ruang Literasi: Transformasi Rumah Pribadi di Sleman Menjadi Oase Baca untuk Masyarakat
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, sebuah inisiatif unik hadir di Sleman, Yogyakarta. Sebuah rumah pribadi bertransformasi menjadi ruang publik yang memanjakan dahaga literasi masyarakat. Ruang Literasi, yang berlokasi di Pakem, Sleman, merupakan buah gagasan Willy Aditya, seorang tokoh publik yang memiliki kecintaan mendalam terhadap buku dan ilmu pengetahuan.
Ruang Literasi diresmikan pada Februari 2025, menyuguhkan konsep unik dengan menggabungkan fungsi rumah tinggal dan perpustakaan umum. Bagian depan rumah Willy Aditya disulap menjadi ruang literasi yang terbuka untuk umum, sementara bagian belakang tetap berfungsi sebagai hunian pribadi. Inisiatif ini lahir dari keinginan untuk berbagi koleksi buku pribadi yang mencapai lebih dari 10.000 judul kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda.
Fasilitas dan Koleksi Ruang Literasi
Ruang Literasi menawarkan berbagai fasilitas yang dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Beberapa fasilitas yang tersedia antara lain:
- Perpustakaan Umum Dua Lantai: Menampung ribuan buku dari berbagai genre, mulai dari sastra, novel, puisi, hingga buku-buku pengetahuan agama, politik, hukum, sejarah, sosiologi, dan kesehatan. Koleksi buku tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
- Perpustakaan Anak: Didedikasikan untuk anak-anak, dengan koleksi buku yang sesuai dengan usia dan minat mereka. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan minat baca sejak dini.
- Ruang Audiovisual: Dilengkapi dengan fasilitas multimedia untuk mendukung kegiatan belajar dan diskusi.
- Akses Wi-Fi Gratis: Memudahkan pengunjung untuk mengakses informasi dan sumber belajar online.
- Ruangan Ber-AC: Menciptakan suasana yang nyaman untuk membaca dan belajar.
Uyung Hamdani, pengelola Ruang Literasi, menjelaskan bahwa ide mendirikan ruang publik ini berawal dari kecintaan Willy Aditya terhadap buku. Sebagai lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Willy Aditya selalu membawa buku sebagai oleh-oleh dari setiap perjalanan. Koleksi buku yang terus bertambah ini kemudian mendorongnya untuk membuka ruang literasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ruang Publik Gratis untuk Masyarakat
Salah satu hal yang menarik dari Ruang Literasi adalah aksesnya yang gratis untuk umum. Pengunjung tidak dipungut biaya apapun untuk menikmati fasilitas dan koleksi buku yang tersedia. Hal ini sejalan dengan visi Willy Aditya untuk menyediakan ruang bagi masyarakat, khususnya anak muda, untuk berkegiatan positif dan mengembangkan minat baca.
"Konsep awalnya kita mau ngajak bersama-sama ngumpul ngobrol dan melakukan sesuatu yang vibes-nya positif. Memberi ruang kepada warga sekitar agar anak muda mau berkegiatan. Kalau kita mau membuka diri maka ada orang datang," ujar Uyung Hamdani.
Ruang Literasi bukan hanya sekadar perpustakaan, tetapi juga menjadi ruang komunitas yang mendorong interaksi dan kolaborasi. Berbagai kegiatan seperti diskusi buku, workshop, dan pelatihan sering diadakan di Ruang Literasi untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi masyarakat.
Kehadiran Ruang Literasi diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk turut berkontribusi dalam meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia. Dengan menyediakan akses mudah dan gratis ke buku dan fasilitas belajar, Ruang Literasi telah membuktikan bahwa literasi dapat menjadi kekuatan pendorong perubahan positif dalam masyarakat.