Harga Cabai dan Bawang Putih Melonjak Tajam Jelang Ramadan, Pemerintah Pastikan Situasi Sementara

Lonjakan Harga Cabai dan Bawang Putih Jelang Ramadan

Menjelang bulan Ramadan, lonjakan harga komoditas pangan pokok seperti cabai dan bawang putih menjadi sorotan. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, melakukan peninjauan langsung ke Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Rabu (5/3/2025), dan menemukan harga cabai rawit mencapai Rp 120.000/kg, cabai keriting Rp 100.000/kg, dan bawang putih Rp 60.000/kg. Harga-harga tersebut jauh di atas rata-rata harga normal, menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat akan meningkatnya biaya hidup selama bulan Ramadan dan Idul Fitri. Kenaikan signifikan ini memicu pertanyaan mendalam mengenai stabilitas pasokan dan langkah-langkah antisipatif yang perlu diambil pemerintah.

Dalam dialognya dengan pedagang, Zulhas mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya harga cabai dan bawang putih. Pedagang menjelaskan bahwa cuaca buruk, khususnya curah hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir, menjadi faktor utama penyebab gagal panen dan berkurangnya pasokan di pasaran. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya permintaan seiring mendekatnya Ramadan, di mana konsumsi cabai dan bawang putih umumnya meningkat tajam untuk kebutuhan masakan sehari-hari, khususnya menu berbuka dan sahur.

Upaya Pemerintah Mengatasi Lonjakan Harga

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengakui dampak cuaca buruk terhadap produksi cabai. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa pihaknya telah mengusulkan transisi dari pertanian terbuka ke sistem rumah kaca (greenhouse) untuk meminimalisir dampak fluktuasi cuaca terhadap hasil panen. Meskipun demikian, Arief optimistis harga cabai akan kembali normal dalam beberapa minggu mendatang seiring membaiknya cuaca dan peningkatan pasokan. Ia juga mencatat adanya indikasi penurunan harga cabai dalam beberapa hari terakhir.

Zulhas menambahkan bahwa lonjakan harga ini diprediksi bersifat sementara. Ia memperkirakan situasi akan membaik dalam waktu sekitar dua minggu, setelah cuaca membaik dan panen kembali berjalan lancar. Pernyataan ini sejalan dengan optimisme Bapanas mengenai peningkatan pasokan dan normalisasi harga dalam waktu dekat. Namun, peningkatan produksi dan pasokan harus tetap menjadi prioritas untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Tantangan Ketahanan Pangan

Peristiwa ini menyoroti pentingnya strategi ketahanan pangan yang lebih komprehensif. Ketergantungan pada pertanian terbuka membuat Indonesia rentan terhadap perubahan iklim dan fluktuasi cuaca yang berdampak langsung pada harga komoditas pangan. Investasi dalam infrastruktur pertanian, seperti pengembangan sistem irigasi yang lebih baik dan perluasan penggunaan rumah kaca, menjadi krusial untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, diperlukan pula diversifikasi komoditas pangan untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu jenis komoditas dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.

Pemerintah juga perlu memperkuat sistem peringatan dini untuk memantau perkembangan harga komoditas pangan dan mengantisipasi potensi krisis. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, petani, dan pelaku pasar penting untuk menciptakan mekanisme distribusi yang efisien dan memastikan keterjangkauan harga bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri.