Serangan Drone Rusia Hantam Zaporizhzhia: Keluarga Tewas Jelang Perundingan Damai di Arab Saudi

Tragedi di Zaporizhzhia: Serangan Drone Rusia Renggut Nyawa Keluarga Jelang Perundingan Damai

Kota Zaporizhzhia, Ukraina, dilanda tragedi memilukan pada Jumat (21/3/2025) malam ketika serangan drone Rusia merenggut nyawa sebuah keluarga, hanya beberapa hari sebelum perundingan gencatan senjata yang dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi. Insiden ini menambah suram harapan terciptanya perdamaian dan menyoroti brutalitas konflik yang terus berlanjut.

Gubernur Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, mengumumkan melalui saluran Telegramnya pada Sabtu (22/3/2025), bahwa serangan drone tersebut telah merenggut nyawa tiga anggota keluarga. Drone yang menghantam rumah mereka menyebabkan ledakan dahsyat yang meruntuhkan bangunan dan menjebak para korban di bawah reruntuhan.

Tim penyelamat berhasil mengeluarkan jenazah seorang gadis remaja berusia 14 tahun dan ayahnya dari reruntuhan. Upaya penyelamatan intensif selama lebih dari sepuluh jam dilakukan untuk menyelamatkan ibu korban, namun sayang nyawanya tidak tertolong. Selain korban jiwa, serangan itu juga menyebabkan 12 warga lainnya terluka, termasuk seorang bayi berusia sembilan bulan.

Serangan ini memicu kecaman keras dari Kepala Staf Presiden Ukraina, Andriy Yermak, yang menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap upaya gencatan senjata. Ia menuding Rusia menggunakan drone kamikaze Shahed buatan Iran dalam serangan tersebut, menunjukkan bahwa Moskow terus mengandalkan senjata mematikan ini untuk meneror warga sipil.

Eskalasi Konflik dan Upaya Perundingan

Serangan di Zaporizhzhia terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dan eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina. Militer Ukraina melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan 179 drone dalam gelombang serangan malam terbaru mereka, menunjukkan intensitas permusuhan yang meningkat. Serangan udara dan laut telah menjadi fokus utama dalam agenda perundingan yang akan datang.

Delegasi Ukraina dan Rusia dijadwalkan untuk bertemu secara terpisah dengan pejabat Amerika Serikat di Arab Saudi pada Senin (24/3/2025). Ukraina berharap untuk mengamankan setidaknya gencatan senjata sebagian untuk menghentikan serangan udara dan laut yang terus-menerus. Namun, harapan untuk mencapai kesepakatan damai masih tipis, mengingat perbedaan yang mendalam antara kedua belah pihak.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah menolak tawaran gencatan senjata penuh dari AS dan Ukraina. Meskipun demikian, ia telah mengusulkan penghentian serangan terhadap fasilitas energi dan mengklaim telah memerintahkan tentaranya untuk menahan diri di sektor tersebut. Namun, skeptisisme tetap tinggi, mengingat catatan pelanggaran gencatan senjata sebelumnya.

Sebagai tanggapan terhadap serangan Rusia, Ukraina juga dilaporkan melancarkan serangan drone ke wilayah Rusia pada malam yang sama. Aksi saling serang ini menggarisbawahi lingkaran kekerasan yang terus berlanjut dan membuat prospek perdamaian semakin jauh.

Tragedi di Zaporizhzhia adalah pengingat yang menyakitkan akan biaya manusia dari konflik di Ukraina. Sementara upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata terus berlanjut, warga sipil terus menanggung beban terberat dari perang ini.

Daftar Korban:

  • Ayah (nama tidak disebutkan)
  • Ibu (nama tidak disebutkan)
  • Anak Perempuan (14 tahun)

Korban Luka:

  • 12 Warga Sipil, termasuk bayi berusia 9 bulan

Situasi kemanusiaan di Zaporizhzhia dan wilayah lain yang terkena dampak konflik tetap menjadi perhatian serius. Bantuan kemanusiaan dan dukungan bagi para korban sangat dibutuhkan untuk meringankan penderitaan dan membangun kembali kehidupan yang hancur akibat perang.