Tragedi Anggruk: KKB Diduga Lakukan Pembantaian terhadap Guru dan Tenaga Medis, Evakuasi Mendesak Dilakukan

Tragedi Anggruk: KKB Diduga Lakukan Pembantaian terhadap Guru dan Tenaga Medis, Evakuasi Mendesak Dilakukan

Jayapura, Papua - Kabar duka menyelimuti dunia pendidikan dan kesehatan di Papua Pegunungan. Sebuah insiden tragis dilaporkan terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, yang diduga melibatkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Enam tenaga pengajar dan medis diduga menjadi korban pembantaian, memicu gelombang kecaman dan keprihatinan mendalam dari berbagai pihak.

Kronologi Kejadian dan Identifikasi Korban

Peristiwa nahas ini mencuat ke publik melalui sebuah foto yang beredar luas di media sosial, menampilkan tujuh orang yang diidentifikasi sebagai guru dan tenaga medis yang bertugas di wilayah tersebut. Foto tersebut diduga diambil sebelum kejadian, dengan latar belakang pemandangan alam Distrik Anggruk yang indah. Namun, senyum ceria di wajah mereka kini hanya menjadi kenangan pahit.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Candra Kurniawan, mengonfirmasi bahwa empat korban telah teridentifikasi, terdiri dari tiga guru dan satu tenaga kesehatan. Identitas mereka adalah:

  • Saudari T (Guru)
  • Saudari F (Guru)
  • Saudara F (Guru)
  • Saudari I (Tenaga Medis)

Identitas dua korban lainnya masih dalam proses pendataan oleh pihak berwenang.

Klaim Tanggung Jawab dan Respons Aparat Keamanan

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sembom, mengklaim bahwa pihaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut. Dalam siaran pers yang diterima media, mereka menyatakan telah membunuh enam guru dan tenaga medis, serta membakar rumah-rumah yang disebut sebagai agen intelijen. Klaim ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.

Satgas Operasi Damai Cartenz, melalui Kasatgas Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Polisi Yusuf Sutejo, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima informasi mengenai serangan tersebut, namun masih perlu diverifikasi. Tim personel telah dikerahkan ke lokasi kejadian untuk melakukan pengecekan dan mengumpulkan bukti-bukti terkait.

Dampak dan Upaya Evakuasi

Serangan ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap aktivitas pendidikan dan pelayanan kesehatan di Distrik Anggruk dan sekitarnya. Para guru dan tenaga medis yang bertugas di wilayah tersebut merasa terancam dan meminta untuk segera dievakuasi. Pemerintah daerah dan aparat keamanan merespons permintaan ini dengan melakukan evakuasi terhadap para guru dan tenaga medis dari beberapa distrik di Kabupaten Yahukimo, termasuk Distrik Heriyapini, Kosarek, Ubalihi, Nisikni, Disteik, Walma, dan Distrik Kabiyanggama.

Evakuasi ini dilakukan untuk memastikan keselamatan para guru dan tenaga medis, serta untuk menenangkan situasi yang mencekam di wilayah tersebut. Pemerintah daerah dan aparat keamanan berjanji akan terus meningkatkan keamanan dan melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kejadian serupa di masa mendatang.

Reaksi dan Kecaman Masyarakat

Insiden ini menuai kecaman keras dari berbagai elemen masyarakat, terutama dari kalangan guru, tenaga medis, dan aktivis kemanusiaan. Mereka mengecam tindakan brutal KKB yang telah merenggut nyawa para pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mengabdikan diri untuk mencerdaskan dan menyehatkan masyarakat di daerah terpencil.

“Kami terpanggil datang ke pelosok lembah, gunung, sungai, pesisir hanya melayani dengan hati dan kasih, tapi balasannya nyawa kami yang melayang dengan cuma-Cuma,” ungkap Vin, seorang tenaga medis yang bertugas di wilayah tersebut.

Berbagai organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat menyerukan kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk segera menindak tegas para pelaku kejahatan dan menjamin keamanan bagi para guru dan tenaga medis yang bertugas di daerah-daerah rawan konflik.

Harapan dan Upaya Perdamaian

Tragedi Anggruk ini menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya menjaga perdamaian dan keamanan di Papua. Pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan seluruh elemen masyarakat Papua harus bersatu padu untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Dialog dan pendekatan humanis harus terus diutamakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di Papua. Kekerasan hanya akan memperburuk situasi dan menimbulkan luka yang mendalam bagi masyarakat.

Diharapkan, tragedi ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih serius dalam mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi konflik di Papua, demi terwujudnya Papua yang damai, sejahtera, dan berkeadilan.