Eksplorasi Kuliner Lampung: Ketopat Lonan dan Cupil, Sajian Khas Lebaran yang Mulai Langka

Menjelajahi Kelezatan Lebaran di Lampung: Ketopat Lonan dan Cupil

Perayaan Idul Fitri di Indonesia selalu diwarnai dengan keragaman kuliner yang menggugah selera. Setiap daerah memiliki hidangan khas yang menjadi ciri pembeda dan daya tarik tersendiri. Jika Anda berkunjung ke Lampung saat Lebaran, bersiaplah untuk menemukan keunikan rasa dalam dua hidangan tradisional yang mulai langka: Ketopat Lonan dan Cupil.

Ketopat Lonan: Keunikan Ketupat Berbungkus Kain

Ketopat, atau ketupat dalam dialek Lampung, adalah hidangan wajib Lebaran yang tak asing lagi. Namun, Ketopat Lonan menawarkan pengalaman yang berbeda. Alih-alih menggunakan janur (daun kelapa muda) sebagai pembungkus, Ketopat Lonan justru dibungkus dengan kain belacu, sebuah inovasi yang mencerminkan kearifan lokal.

Proses pembuatan Ketopat Lonan cukup unik dan membutuhkan ketelitian. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Persiapan Kain Belacu: Kain belacu dipotong berbentuk persegi panjang dan dijahit pada sisi-sisinya, membentuk kantong.
  2. Pengisian Beras: Beras yang telah dicuci bersih dicampur dengan satu sendok makan air kapur pada bilasan terakhir. Air kapur ini berfungsi untuk memberikan tekstur yang lebih kenyal pada ketupat.
  3. Pengisian Kantong: Kantong belacu diisi dengan beras hanya setengah bagian saja, memberikan ruang untuk beras mengembang saat dimasak.
  4. Penjahitan: Bagian atas kantong belacu yang terbuka dijahit hingga rapat, memastikan beras tidak keluar saat direbus.
  5. Perebusan Awal: Ketopat lonan direbus setengah matang. Air tajin yang keluar dari kain dibuang dengan cara memukul-mukul kain menggunakan punggung sendok.
  6. Perebusan Lanjutan: Ketopat lonan direbus kembali hingga matang sempurna.

Sayangnya, Ketopat Lonan semakin sulit ditemukan karena kain belacu yang semakin jarang tersedia. Upaya pelestarian hidangan ini perlu dilakukan agar tidak punah ditelan zaman.

Cupil: Lembaran Ketan Istimewa dengan Sentuhan Kacang Panjang

Selain Ketopat Lonan, Lampung juga memiliki hidangan khas Lebaran lainnya, yaitu Cupil atau yang juga dikenal dengan sebutan Leppot. Cupil sekilas mirip dengan ketupat karena sama-sama dibungkus dengan anyaman daun kelapa. Namun, bentuknya memanjang dan bahan utamanya adalah beras ketan yang dicampur dengan sedikit biji kacang panjang.

Bentuk Cupil juga memiliki keunikan tersendiri. Salah satu ujungnya dibentuk menyerupai tanduk kerbau atau ikat kepala perempuan Minangkabau, sementara ujung lainnya dibuat meruncing biasa. Bentuk ini memberikan sentuhan artistik pada hidangan yang satu ini.

Proses pembuatan Cupil membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Waktu perebusan yang diperlukan sangat lama, sekitar 11 jam. Besaran api harus dijaga agar tetap stabil, begitu juga dengan volume air dalam dandang perebusan. Cupil matang ditandai dengan teksturnya yang padat dan kenyal saat ditekan. Rasanya tawar khas beras ketan dengan tekstur pulen dan kenyal.

Cupil biasanya dinikmati bersama rendang daging kerbau atau sapi. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak juga yang menikmati Cupil dengan rendang daging ayam, rendang jengkol, pindang ikan, gulai ikan, atau bahkan tempoyak. Meskipun Cupil merupakan hidangan khas Lampung, daerah Tanggamus dan Pesawaran dikenal sebagai penghasil Cupil terbanyak.

Ketopat Lonan dan Cupil adalah dua dari sekian banyak kekayaan kuliner Lampung yang patut dilestarikan. Keunikan rasa dan proses pembuatannya mencerminkan kearifan lokal dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mari lestarikan warisan kuliner Indonesia agar tidak punah dan tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.