Sirkuit Dadakan JLT Lumajang Jadi Magnet Ngabuburit Kaum Muda, Balapan Resmi Redam Aksi Liar
Lumajang Berikan Ruang Aman Bagi Pecinta Kecepatan di Bulan Ramadan
Tradisi ngabuburit, atau menunggu waktu berbuka puasa, di bulan Ramadan, selalu menghadirkan warna tersendiri di berbagai daerah. Di Lumajang, Jawa Timur, pemerintah daerah berinisiatif menghadirkan alternatif kegiatan positif bagi para pemuda dengan membuka arena balap resmi di Jalan Lintas Timur (JLT) Lumajang. Langkah ini diambil sebagai solusi untuk menekan maraknya balapan liar yang kerap meresahkan masyarakat.
Sirkuit dadakan sepanjang 201 meter ini, dibuka khusus untuk menyemarakkan Ramadan, langsung menjadi daya tarik utama bagi ribuan warga. Pada sore hari, menjelang waktu berbuka, JLT dipadati oleh penonton yang antusias menyaksikan adu kecepatan para pembalap lokal. Teriakan dukungan dan sorak sorai menggema di sepanjang lintasan, menciptakan suasana ngabuburit yang berbeda dan penuh semangat.
"Baru pertama kali ini saya bisa nonton balapan dengan tenang, tanpa takut dibubarkan polisi," ungkap Toni, seorang remaja asal Desa Boreng, dengan wajah sumringah. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus diadakan agar ngabuburit menjadi lebih menyenangkan.
Antusiasme terhadap balapan resmi ini memang sangat tinggi. Namun, panitia penyelenggara tetap memberlakukan aturan ketat. Peserta balap diwajibkan memenuhi persyaratan administrasi, termasuk memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Hal ini membuat sejumlah remaja yang belum cukup umur, seperti Yoga dari Desa Selok Gondang, harus mengurungkan niatnya untuk berpartisipasi.
"Saya kira semua boleh ikut, ternyata harus punya KTP dulu. Ya sudah, saya nonton saja," keluh Yoga, yang datang dengan membawa sepeda motor Vario kesayangannya. Ia berharap, ke depannya, ada kelonggaran aturan agar para pelajar juga diberi kesempatan untuk menjajal kemampuan di lintasan.
Pemerintah Daerah Akan Kaji Ulang Persyaratan Peserta
Menanggapi aspirasi para remaja yang belum memenuhi syarat, Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, menyatakan akan membahasnya lebih lanjut dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Ia memahami keinginan para pemuda untuk menyalurkan hobinya, namun tetap menekankan pentingnya keselamatan dan kepatuhan terhadap peraturan.
"Nanti kita akan diskusikan dengan IMI, bagaimana caranya agar anak-anak yang belum punya KTP ini tetap bisa ikut balapan, tentu dengan tetap memperhatikan faktor keselamatan," ujar Yudha.
Wabup Yudha menegaskan, pemanfaatan JLT sebagai arena balap hanya diperbolehkan saat event-event tertentu, seperti kegiatan ngabuburit Ramadan. Ia melarang keras penggunaan jalan kabupaten tersebut untuk balapan liar.
"Saya tegaskan, ini hanya untuk event-event tertentu saja. Di luar itu, tidak boleh ada balapan liar di sini. Kami ingin memfasilitasi hobi anak-anak muda agar tidak melakukan balapan liar yang membahayakan diri sendiri dan orang lain," tegasnya.
Inisiatif pemerintah daerah Lumajang ini patut diapresiasi. Dengan menyediakan wadah yang aman dan terorganisir, para pemuda dapat menyalurkan energi dan hobinya secara positif. Balapan resmi di JLT Lumajang menjadi bukti bahwa ngabuburit tidak harus diisi dengan kegiatan yang membosankan atau bahkan membahayakan. Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin dan terus dikembangkan agar semakin banyak pemuda Lumajang yang terlibat dan merasakan manfaatnya.