Kericuhan di Parlemen Serbia: Granat Asap, Stroke, dan Eskalasi Protes Mahasiswa

Kericuhan di Parlemen Serbia: Granat Asap, Stroke, dan Eskalasi Protes Mahasiswa

Sidang parlemen Serbia berubah menjadi medan pertempuran sesaat ketika anggota parlemen oposisi melancarkan aksi protes dramatis pada Selasa (4/3/2026). Aksi tersebut ditandai dengan pelemparan granat asap di ruang sidang, yang memicu kekacauan dan mengakibatkan seorang legislator mengalami stroke. Insiden ini menjadi puncak dari ketegangan politik yang telah meningkat selama beberapa bulan terakhir, dipicu oleh unjuk rasa mahasiswa yang meluas dan menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas tragedi runtuhnya atap stasiun kereta di Novi Sad pada November lalu yang menewaskan 15 orang.

Ketegangan politik mencapai titik didih ketika koalisi pemerintah yang dipimpin oleh Partai Progresif Serbia (SNS) meloloskan agenda pemerintahan. Reaksi spontan dari fraksi oposisi terlihat ketika sejumlah anggota parlemen menyerbu kursi ketua parlemen, terlibat bentrok fisik dengan petugas keamanan. Lebih jauh lagi, beberapa anggota oposisi menggunakan taktik yang lebih provokatif dengan melemparkan granat asap berwarna hitam dan merah muda ke ruang sidang, sekaligus menyemprotkan gas merica. Rekaman video yang beredar luas di media sosial dan tayangan televisi langsung menampilkan suasana kacau balau yang terjadi di dalam gedung parlemen.

Akibat dari kericuhan tersebut, tiga anggota parlemen dilaporkan mengalami luka-luka. Namun, dampak yang paling serius adalah stroke yang dialami oleh Jasmina Obradovic, anggota parlemen dari Partai SNS. Kondisi Obradovic dilaporkan serius dan saat ini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar. Insiden ini menyoroti dampak buruk dari eskalasi politik yang terjadi di Serbia.

Protes mahasiswa yang telah berlangsung selama empat bulan ini, telah menarik dukungan dari berbagai kalangan, termasuk guru, petani, dan elemen masyarakat lainnya. Kematian 15 orang dalam insiden runtuhnya atap stasiun kereta telah menjadi pemicu utama kemarahan publik terhadap pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic, yang dituduh melakukan korupsi dan ketidakmampuan dalam menjalankan pemerintahan selama satu dekade terakhir. Unjuk rasa ini pun dianggap sebagai tantangan terbesar bagi kekuasaan Vucic.

Setelah kericuhan mereda, sidang parlemen dilanjutkan dengan suasana tegang. Anggota parlemen dari koalisi berkuasa berdebat, sementara anggota oposisi merespon dengan bersiul, meniup terompet, dan mengacungkan poster-poster bernada protes yang menuntut keadilan bagi korban tragedi Novi Sad dan menyerukan mogok massal. Di luar gedung parlemen, ratusan demonstran berkumpul dalam aksi solidaritas untuk mengenang para korban dan menyampaikan tuntutan mereka. Para pemimpin protes telah menjadwalkan aksi demonstrasi besar-besaran di ibu kota Belgrade pada 15 Maret mendatang.

Presiden Vucic menanggapi insiden tersebut dengan keras, dengan menyebut tindakan para anggota parlemen oposisi sebagai "hooliganisme" dan berjanji akan meminta pertanggungjawaban mereka. Meskipun anggota parlemen di Serbia biasanya memiliki kekebalan hukum, mereka dapat kehilangan kekebalan tersebut jika terbukti terlibat dalam kejahatan serius. Insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas politik Serbia dan masa depan pemerintahan Vucic dalam menghadapi gelombang protes publik yang meluas.