Setelah 19 Tahun Terasing: Kisah Pilu Pekerja Migran Batang Bertahan Hidup di Hutan Malaysia
Kisah Perjuangan Ribut Uripah: Dari Pekerja Migran hingga Penghuni Hutan Malaysia
Kisah Ribut Uripah, seorang ibu asal Desa Candirejo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menyentuh hati banyak orang. Setelah hampir dua dekade menghilang di Malaysia, akhirnya ia kembali ke tanah air, membawa bersamanya cerita pilu tentang perjuangan hidup dan kerinduan akan keluarga.
Ribut berangkat ke Malaysia pada tahun 2006, terdorong oleh himpitan ekonomi dan harapan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya, Istianah, yang kala itu masih kecil. Tawaran pekerjaan sebagai asisten rumah tangga menjadi satu-satunya jalan yang terlihat, mengingat minimnya lapangan kerja di kampung halamannya. Namun, impiannya pupus ketika ia mendapati dirinya bekerja tanpa upah selama setahun penuh, terkurung di rumah majikan tanpa kebebasan.
Melarikan Diri dan Memulai Hidup Baru di Hutan
Ketidak tahanan terhadap perlakuan majikan mendorong Ribut untuk mengambil keputusan berani: melarikan diri. Ia berhasil keluar melalui pintu belakang sebuah toko yang terhubung dengan rumah majikannya. Tanpa arah yang jelas, ia berjalan hingga mencapai kawasan perkebunan yang luas. Di sana, Ribut membangun sebuah gubuk sederhana dari kayu sebagai tempat berlindung.
Sejak saat itu, ia memulai hidup baru di tengah hutan Malaysia. Ia bertahan hidup dengan bekerja serabutan, membersihkan rumput dan mengangkut sampah di perkebunan. Upah yang ia terima, sekitar 45 Ringgit per hari, jauh dari kata layak, namun cukup untuk menyambung hidup. Tanpa listrik, tanpa alat komunikasi, Ribut memasak makanannya dengan kayu bakar di depan gubuknya. Kesederhanaan dan kesunyian menjadi teman sehari-harinya.
Ketakutan dan Keterasingan
Salah satu faktor yang membuat Ribut enggan kembali ke kehidupan normal adalah statusnya sebagai imigran ilegal. Ia tidak memiliki dokumen resmi dan takut ditangkap oleh polisi Malaysia. Ketakutan ini membuatnya semakin terisolasi, memilih untuk fokus bekerja dan bertahan hidup daripada mencari bantuan atau mencoba menghubungi keluarganya di Indonesia.
Selama 19 tahun, Ribut hidup dalam keterasingan, jauh dari hiruk pikuk dunia luar. Ia menyaksikan perubahan musim, merindukan keluarganya, dan menyimpan harapan suatu hari nanti bisa kembali ke tanah air.
Pertemuan Kembali yang Penuh Haru
Setelah hampir dua dekade, takdir akhirnya berpihak pada Ribut. Dengan bantuan berbagai pihak, ia berhasil ditemukan dan dipulangkan ke Indonesia pada Jumat, 21 Maret 2025. Kepulangannya disambut dengan isak tangis haru oleh keluarga dan kerabat. Pertemuan kembali dengan putrinya, Istianah, yang kini telah dewasa, menjadi momen yang tak terlupakan.
Kini, Ribut dapat bernapas lega. Ia dapat beristirahat, menikmati kebersamaan dengan keluarga yang telah lama ia rindukan, dan merayakan Idul Fitri di kampung halaman. Kisah Ribut Uripah adalah pengingat tentang kerasnya kehidupan para pekerja migran dan pentingnya perlindungan bagi mereka yang mencari nafkah di negeri orang. Kisah ini juga adalah bukti bahwa harapan dan cinta keluarga dapat menjadi kekuatan terbesar untuk bertahan hidup dalam situasi sulit sekalipun.
Ribut juga bersyukur bisa merayakan Idul Fitri bersama orang-orang tercinta.
Refleksi
Kisah Ribut Uripah ini adalah cermin bagi kita semua. Bahwa kemiskinan dapat memaksa seseorang melakukan apapun. Pemerintah harus hadir memberikan pelatihan agar masyarakat mempunyai keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.