Efek Tetris: Game Klasik Sebagai Terapi Potensial untuk Mengatasi Trauma PTSD
Efek Tetris: Game Klasik Sebagai Terapi Potensial untuk Mengatasi Trauma PTSD
Gangguan stres pascatrauma atau Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental serius yang berkembang setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Kondisi ini ditandai dengan kilas balik yang mengganggu, mimpi buruk, kecemasan parah, dan kesulitan berkonsentrasi, yang secara signifikan memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Pengobatan PTSD seringkali melibatkan terapi dan pengobatan, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa permainan klasik Tetris mungkin memiliki peran yang mengejutkan dalam membantu mengatasi trauma.
Asal Mula Efek Tetris
Istilah "Efek Tetris" pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Jeffery Goldsmith pada tahun 1994 untuk menggambarkan fenomena ketika seseorang mengalami pengalaman visual atau sensorik yang terus berulang dalam pikiran atau mimpi mereka setelah terlibat dalam aktivitas yang repetitif dalam jangka waktu yang lama. Goldsmith menggunakan permainan Tetris sebagai contoh utama, di mana pemain yang menghabiskan waktu berjam-jam menyusun balok-balok Tetris mungkin mulai melihat balok-balok tersebut dalam mimpi mereka atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena ini tidak terbatas pada Tetris. Aktivitas repetitif lainnya, seperti bermain game lain, mendengarkan musik, atau bahkan pekerjaan manual, juga dapat memicu efek serupa. Efek Tetris menunjukkan kemampuan otak untuk membentuk representasi internal dari pengalaman dan memprosesnya secara berkelanjutan, bahkan ketika kita tidak secara aktif terlibat dalam aktivitas tersebut.
Tetris dan Pengobatan PTSD: Studi dan Temuan
Potensi Tetris sebagai terapi untuk PTSD muncul dari kemampuan permainan ini untuk mengalihkan perhatian dan mengganggu proses pembentukan memori visual traumatis. Sebuah studi tahun 2020 meneliti efek bermain Tetris pada pasien PTSD yang menjalani terapi standar Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pasien yang bermain Tetris selama 60 menit setiap hari selain terapi EMDR mengalami peningkatan volume di hipokampus (bagian otak yang berperan dalam memori dan pembelajaran) dan melaporkan lebih sedikit gejala PTSD dibandingkan dengan kelompok yang hanya menerima terapi EMDR.
Dr. Emily A. Holmes, seorang ahli saraf di Universitas Uppsala, Swedia, menjelaskan bahwa bermain Tetris dapat mengurangi kilas balik traumatis karena otak tidak dapat memproses dua jenis informasi visual yang berbeda secara bersamaan. Ketika seseorang bermain Tetris, otak mereka terfokus pada bentuk dan warna balok-balok yang jatuh, sehingga mengurangi kemampuan otak untuk memproses dan menyimpan memori visual traumatis.
Penelitian Lebih Lanjut: Dampak pada Mimpi dan Memori
Penelitian lain yang dilakukan oleh Robert Stickgold, seorang peneliti tidur di Harvard University, menyoroti dampak Efek Tetris pada mimpi dan memori. Stickgold menemukan bahwa pemain Tetris pemula lebih mungkin mengalami Efek Tetris dibandingkan pemain ahli, menunjukkan bahwa semakin tidak berpengalaman otak dalam suatu aktivitas, semakin besar kemungkinan otak untuk memproses dan mengulanginya dalam mimpi.
Menariknya, Stickgold juga menemukan bahwa Efek Tetris dapat terjadi bahkan pada orang dengan amnesia. Dalam sebuah eksperimen, peserta dengan kerusakan pada hipokampus mereka (yang menyebabkan kehilangan memori jangka pendek) masih bermimpi tentang bermain Tetris meskipun mereka tidak dapat mengingat pernah bermain game tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa Efek Tetris melibatkan proses memori implisit yang terpisah dari memori eksplisit yang bergantung pada hipokampus.
Karakteristik Efek Tetris:
- Pemain Tetris pemula lebih mungkin mengalami efek Tetris dibandingkan pemain yang sudah ahli.
- Berguna bagi orang yang mengalami amnesia
Implikasi dan Arah Penelitian Masa Depan
Penelitian tentang Efek Tetris dan potensinya sebagai terapi untuk PTSD masih dalam tahap awal, tetapi temuan yang ada sangat menjanjikan. Bermain Tetris tampaknya menawarkan cara yang sederhana, terjangkau, dan tidak invasif untuk membantu individu mengatasi trauma dan mengurangi gejala PTSD.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme yang mendasari Efek Tetris dan untuk menentukan dosis dan durasi optimal bermain Tetris untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimal. Selain itu, penelitian di masa depan juga perlu mengeksplorasi potensi Tetris untuk mengobati kondisi kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan dan depresi.
Efek Tetris membuka jendela baru ke kompleksitas otak manusia dan kemampuannya untuk beradaptasi dan pulih dari pengalaman traumatis. Sementara tidur dan mimpi tetap menjadi misteri bagi para ilmuwan, permainan sederhana dari tahun 1980-an ini menawarkan petunjuk yang menarik tentang cara kerja memori, emosi, dan kesadaran kita.