Ancaman Banjir Rob Jakarta Meningkat Akibat Perubahan Iklim dan Kondisi Geografis

Jakarta Rentan Terhadap Banjir Rob: Analisis BMKG dan Dampak Perubahan Iklim

Jakarta, sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi Indonesia, menghadapi ancaman serius banjir rob yang diperparah oleh perubahan iklim dan kondisi geografisnya yang unik. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti kerentanan tinggi ibu kota terhadap bencana ini, yang menuntut perhatian serius dan langkah mitigasi yang efektif.

Kondisi Geografis Jakarta: Tantangan Utama

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, sebagian besar wilayah Jakarta terletak di dataran rendah, dengan 80-90 persen berada di bawah 15 meter di atas permukaan laut (MDPL). Kondisi ini menjadikan Jakarta sangat rentan terhadap banjir rob, terutama jika terjadi gelombang tinggi atau tsunami. Gelombang dengan ketinggian lebih dari 10 meter dapat dengan mudah melanda sebagian besar wilayah Jakarta.

Faktor-faktor Pemicu Cuaca Ekstrem

BMKG mengidentifikasi delapan faktor utama yang memengaruhi kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, yang berkontribusi terhadap risiko banjir rob di Jakarta, antara lain:

  • El Nino dan La Nina: Fenomena iklim global ini memengaruhi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah, yang berdampak pada pola cuaca di Indonesia.
  • Suhu Muka Laut: Suhu permukaan laut yang hangat dapat memicu pembentukan awan dan meningkatkan curah hujan.
  • Indian Ocean Dipole (IOD): IOD memengaruhi pola cuaca di Samudra Hindia, yang dapat berdampak pada curah hujan di wilayah Indonesia.
  • Siklon Tropis: Siklon tropis dapat memicu hujan ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah pesisir.
  • Kenaikan Permukaan Air Laut: Pemanasan global menyebabkan kenaikan permukaan air laut, yang memperburuk dampak banjir rob.
  • Perubahan Pola Angin Monsun: Perubahan pola angin Monsun Asia/Australia memengaruhi curah hujan di wilayah Indonesia.

Perubahan Iklim: Ancaman yang Semakin Nyata

Direktur Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab, menekankan bahwa perubahan iklim di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO) menunjukkan bahwa suhu global terus meningkat dengan tren yang semakin ekstrem. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah pengamatan suhu dunia, dengan laju kenaikan suhu global mencapai 1,55 derajat Celcius, melampaui ambang batas yang disepakati dalam Paris Agreement.

Indonesia juga mengalami peningkatan suhu yang signifikan. Data warming stripe menunjukkan tren kenaikan suhu sejak tahun 1981 hingga 2024. Awalnya didominasi warna biru yang menandakan suhu di bawah rata-rata, kini didominasi warna merah yang menunjukkan peningkatan suhu yang signifikan.

Proyeksi Masa Depan: Peningkatan Suhu dan Perubahan Curah Hujan

BMKG memperkirakan suhu rata-rata Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2100. Peningkatan suhu diperkirakan akan merata di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, perubahan curah hujan juga diperkirakan akan terjadi, dengan peningkatan hari-hari hujan ekstrem di musim hujan dan peningkatan hari-hari tanpa hujan panjang di musim kemarau.

Kesimpulan

Kombinasi antara kondisi geografis Jakarta yang rendah dan dampak perubahan iklim meningkatkan risiko banjir rob secara signifikan. Data dan proyeksi BMKG memberikan peringatan yang jelas tentang perlunya tindakan mitigasi yang komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan infrastruktur tahan banjir, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko banjir rob. Hanya dengan upaya bersama, Jakarta dapat mengurangi kerentanannya dan melindungi warganya dari dampak buruk perubahan iklim.