AHY Serukan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan untuk Mitigasi Bencana
AHY: Infrastruktur Harus Jadi Garda Terdepan Hadapi Bencana
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan pentingnya integrasi ketahanan bencana dan perubahan iklim dalam setiap proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia 2025 yang diselenggarakan secara daring, AHY menyampaikan bahwa pembangunan tidak boleh menjadi pemicu kerentanan, melainkan harus menjadi fondasi pertahanan yang kuat dalam menghadapi tantangan alam dan perubahan zaman.
"Pembangunan infrastruktur harus dirancang dengan mempertimbangkan aspek ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim. Kita tidak boleh lagi menganggap pembangunan hanya sebagai upaya fisik semata, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang untuk melindungi masyarakat dan lingkungan," tegas AHY.
AHY menyoroti kompleksitas tantangan pembangunan saat ini yang semakin diperparah oleh perubahan iklim, peningkatan frekuensi bencana, dan ketidakpastian lingkungan. Oleh karena itu, ia menyerukan strategi pembangunan yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.
Pentingnya Data Ilmiah dalam Perencanaan Pembangunan
AHY menekankan pentingnya pemanfaatan data ilmiah yang akurat dan komprehensif dalam proses perencanaan pembangunan. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memiliki peran krusial dalam mengidentifikasi potensi risiko bencana dan merumuskan langkah-langkah mitigasi yang efektif. Data tersebut harus diintegrasikan ke dalam sistem rencana pembangunan dan tata ruang secara menyeluruh.
"Data meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang dikelola BMKG harus menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan terkait pembangunan infrastruktur. Dengan data yang akurat, kita dapat mengantisipasi potensi risiko bencana dan merancang infrastruktur yang lebih adaptif dan resilien," jelasnya.
Studi Kasus: Banjir Bekasi dan Solusi Berkelanjutan
AHY mengangkat studi kasus banjir yang kerap melanda Bekasi, Jawa Barat, sebagai contoh permasalahan yang membutuhkan pendekatan baru dan berkelanjutan. Solusi konvensional dinilai tidak lagi memadai untuk mengatasi kompleksitas permasalahan banjir. Langkah-langkah mitigasi yang komprehensif, seperti normalisasi sungai, penguatan tanggul, peningkatan kapasitas tampungan air, dan peninjauan ulang tata ruang wilayah hulu, harus menjadi prioritas.
"Banjir di Bekasi adalah contoh nyata bagaimana perubahan iklim dan tata ruang yang tidak terencana dapat memicu bencana yang merugikan. Kita harus belajar dari pengalaman ini dan merancang solusi yang lebih permanen dan berkelanjutan," kata AHY.
Kolaborasi dan Sinergi untuk Ketahanan Bencana
AHY mengajak seluruh pihak terkait untuk bekerja sama dan bersinergi dalam menghadapi risiko bencana dan perubahan iklim. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan hanya dapat terwujud melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi.
"Dengan sinergi dan kolaborasi yang kuat, kita dapat memastikan bahwa pembangunan infrastruktur bukan menjadi sumber kerentanan, melainkan menjadi benteng pertahanan yang kokoh dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan risiko bencana," pungkas AHY.
Langkah-langkah Mitigasi yang dilakukan :
- Normalisasi Sungai
- Penguatan Tanggul
- Peningkatan Kapasitas Tampungan Air
- Peninjauan Ulang Tata Ruang Wilayah Hulu