IHSG Berjuang di Tengah Tekanan Global: Sesi Pertama Ditutup di Atas 6.100 Setelah Sempat Sentuh Level Terendah
Jakarta, [Nama Media] - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan ketahanan di tengah sentimen pasar yang kurang menggembirakan pada perdagangan sesi pertama hari ini, Senin (24 Maret 2025). Setelah sempat terperosok ke level terendah di bawah 6.000, IHSG berhasil memangkas kerugian dan ditutup pada level 6.114,21, turun 2,30 persen atau 143,96 poin.
Tekanan terhadap IHSG terasa sejak awal perdagangan, dengan indeks langsung memasuki zona merah. Kekhawatiran pasar terhadap sejumlah faktor global dan domestik diduga menjadi penyebab utama koreksi ini. Sempat menyentuh level 5.967,19, yang merupakan penurunan 4,57 persen dari level pembukaan 6.242,23, IHSG menunjukkan volatilitas yang tinggi.
Beberapa saham blue-chip menjadi pemberat utama indeks. Saham Bank Central Asia (BBCA) mengalami penurunan 0,95 persen ke level 7.825, sementara Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terkoreksi lebih dalam sebesar 2,43 persen ke level 3.610. Penurunan signifikan juga dialami oleh Barito Renewables Energy (BREN) yang merosot 7,53 persen ke level 5.525.
Berikut adalah daftar saham yang menjadi top losers dan mempengaruhi pergerakan IHSG:
- Bank Central Asia (BBCA)
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
- Barito Renewables Energy (BREN)
Secara regional, pasar saham Asia menunjukkan performa beragam. Indeks Shanghai Komposit mengalami penurunan tipis sebesar 0,25 persen (8,35 poin) ke level 3.356,50, sementara Nikkei 225 juga terkoreksi tipis 0,05 persen (17,05 poin) di posisi 37.660,00. Di sisi lain, Indeks Strait Times mencatatkan kenaikan moderat sebesar 0,13 persen (5,16 poin) di level 3.931,62, sedangkan Hang Seng turun 0,08 persen (18,72 poin) di level 23.671.
Analis pasar mencatat bahwa meskipun IHSG ditutup di zona merah, kemampuannya untuk bertahan di atas level 6.100 menunjukkan adanya buying power atau kekuatan beli di pasar. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan selektif dalam memilih saham, serta memperhatikan perkembangan sentimen pasar global dan domestik ke depannya. Fokus pada fundamental perusahaan dan potensi pertumbuhan jangka panjang menjadi kunci dalam berinvestasi di tengah volatilitas pasar yang tinggi. Pemantauan terhadap kebijakan pemerintah dan data ekonomi terbaru juga penting untuk pengambilan keputusan investasi yang tepat.