Bulog Optimistis Capai Target Serapan Gabah 800 Ribu Ton di Tengah Momentum Lebaran

Bulog Optimistis Capai Target Serapan Gabah 800 Ribu Ton di Tengah Momentum Lebaran

Jakarta, [Tanggal Sekarang] – Perum Bulog terus berupaya maksimal dalam menyerap gabah petani di seluruh Indonesia, bahkan di tengah periode libur Lebaran. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyatakan keyakinannya bahwa target serapan gabah sebesar 800.000 ton setara beras akan tercapai hingga akhir Maret 2025.

"Kami optimis Bulog dapat merealisasikan serapan gabah antara 750.000 hingga 800.000 ton hingga akhir Maret," ungkap Zulkifli Hasan dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, baru-baru ini.

Zulkifli Hasan, yang akrab disapa Zulhas, menambahkan bahwa panen raya diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan April. Meskipun demikian, Bulog telah aktif melakukan serapan gabah sejak bulan Maret, menunjukkan komitmennya untuk mendukung petani dan menjaga stabilitas pasokan beras nasional. Upaya serapan ini terus berjalan meskipun di tengah suasana bulan Ramadhan dan libur Lebaran, menunjukkan keseriusan Bulog dalam menjalankan mandatnya.

"Kami perkirakan serapan akan semakin meningkat seiring dengan puncak panen di bulan April," imbuhnya. Zulhas menekankan pentingnya serapan gabah yang optimal untuk menjaga ketahanan pangan nasional, terutama dalam mengantisipasi kebutuhan beras selama periode Lebaran dan setelahnya.

Sebelumnya, pada bulan Februari, Zulhas telah menginstruksikan Bulog untuk meningkatkan volume serapan gabah petani secara signifikan. Target yang ditetapkan adalah 25.000 ton per hari pada bulan Februari, kemudian meningkat menjadi 60.000 ton per hari pada bulan Maret. Peningkatan target ini bertujuan untuk memastikan pasokan beras yang cukup dan stabil di pasar, serta memberikan harga yang adil bagi petani.

Dalam rangka mendukung upaya serapan gabah, Bulog diwajibkan untuk membeli Gabah Kering Panen (GKP) langsung dari petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram, tanpa memberlakukan persyaratan kadar air atau kadar hampa yang rumit. Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Bapanas Nomor 14 Tahun 2025 dan bertujuan untuk mempermudah petani dalam menjual hasil panen mereka kepada Bulog, sekaligus memastikan harga yang menguntungkan.

Strategi Bulog dalam Meningkatkan Serapan Gabah

Bulog telah menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan serapan gabah dari petani, termasuk:

  • Optimalisasi Jaringan: Memaksimalkan pemanfaatan jaringan Bulog yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mempercepat proses serapan.
  • Kemitraan dengan Kelompok Tani: Membangun kemitraan yang kuat dengan kelompok tani dan koperasi untuk mempermudah akses petani ke pasar.
  • Penyerapan Langsung: Melakukan penyerapan langsung dari petani, tanpa melalui perantara, untuk memastikan harga yang lebih baik bagi petani.
  • Fleksibilitas Harga: Menyesuaikan harga pembelian gabah sesuai dengan kondisi pasar, dengan tetap memperhatikan kepentingan petani.
  • Sosialisasi Kebijakan: Melakukan sosialisasi secara intensif kepada petani mengenai kebijakan harga dan prosedur penjualan gabah kepada Bulog.

Dengan berbagai upaya ini, Bulog optimis dapat mencapai target serapan gabah yang telah ditetapkan, sekaligus berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.

Implikasi Terhadap Ketahanan Pangan Nasional

Keberhasilan Bulog dalam mencapai target serapan gabah memiliki implikasi yang signifikan terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan tersedianya stok beras yang cukup, pemerintah dapat mengendalikan harga beras di pasar dan mencegah terjadinya gejolak harga yang dapat merugikan masyarakat.

Selain itu, serapan gabah yang optimal juga memberikan dampak positif bagi petani, karena mereka mendapatkan harga yang adil untuk hasil panen mereka. Hal ini akan mendorong petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat sektor pertanian nasional.

Dengan demikian, upaya Bulog dalam menyerap gabah petani bukan hanya sekadar menjalankan tugas, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.